Mohon tunggu...
Aly Taufiq
Aly Taufiq Mohon Tunggu... Guru - Pemuda biasa yang selalu bahagia

Pemuda biasa yang selalu bahagia

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Hitam Putih Kurikulum 2013

14 Januari 2015   00:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:12 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

udul: Hitam Putih Kurikulum 2013
Penulis : Zulfikri Anas dan Akhmad Supriyatna
Penerbit              : Al-Mawardi Prima dan Pustaka Bina Putera
Cetakan: I, Mei 2014
Tebal Buku : 236 halaman

Peresensi            : Moch. Aly Taufiq

Saat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, meresmikan Peluncuran Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMA N 1 Bantul Yogyakarta, tanggal 15 Juli 2013, masyarakat langsung “geger”. Kebijakan ini disorot banyak pihak dan menjadi headline di media-media massa. Ada yang pro. Ada pula yang kontra. Persoalannya, banyak orang yang berkomentar tentang Kurikulum 2013, namun sebenarnya mereka belum pernah membaca atau mempelajari kurikulum tersebut.

Penulis buku ini, Zulfikri Anas, adalah seorang yang telah lama berkecimpung “meramu” kurikulum. Sejak 1991 dan sampai saat ini masih aktif di pusat kurikulum dan perbukuan. Sementara Akhmad Supriyatna adalah mantan praktisi media yang saat ini berkecimpung di dunia pendidikan. Keduanya ingin mengajak para pembaca agar memahami kurikulum 2013 secara utuh. Lebih-lebih kepada pihak yang melontarkan kritik, baik atas dasar pro maupun kontra, terhadap kurikulum 2013.

Kehadiran buku ini, bukan dalam posisi memberi penjelasan atau jawaban untuk mendukung atau menolak kurikulum 2013, melainkan mengajak masyarakat berkolaborasi untuk mencari solusi terbaik bagi kemajuan pendidikan di Indonesia, dari pada “meributkan perubahan” atau memfonis kurikulum 2013 baik atau buruk. Karena memang kehadiran kurikulum 2013 telah melahirkan kontroversi.

Penulis mengawali bukunya dengan pembahasan latar belakang lahirnya kurikulum 2013. Dalam bab ini, penulis ingin menyampaikan bahwa kurikulum tersebut dibuat bukan berangkat dari ruang yang kosong, melainkan ‘langkah lanjutan’ dari kurikulum berbasis kompetensi yang dirintis tahun 2004.

Salah satu hal yang mendorong lahirnya kurikulum ini adalah kegelisahan para tokoh pendidikan dan budayawan atas “hilangnya” nilai budaya dan karakter bangsa. Kemudian, Wapres Boediono juga menulis opini di kompas mengajak semua pihak untuk melakukan sesuatu yang subtantif bagi pendidikan kita.

Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan yang memang sedang gencar mengawasi pelaksanaan kurikulum bergegas memberikan jawaban. Tak lama berselang, Mendikbud, M. Nuh, memberikan keterangan pers tentang rencananya mengganti kurikulum 2006.

Pada pembahasan berikutnya, penulis mengutip beberapa pendapat, baik yang pro maumpun kontra. Penulis menunjukkan bahwa beberapa pihak yang mendukung maupun menolak belum sepenuhnya memahami isi dari kurikulum 2013. Kelompok yang menerima kurikulum 2013 hanya menggunakan prasangka bahwa semua kebijakan pemerintah sudah pasti didasarkan hasil kajian akademis dari berbagai sudut pandang dan tentunya sudah melakukan evaluasi. Walaupun sebenarnya kelompok ini banyak yang pernah membaca atau menerima hasil evaluasi ini. Sementara pihak yang menolak dengan berbagai alasan, namun ada kesan yang paling menonjol, yaitu adanya kepentingan yang tidak terwakili, atau pihak yang merasa terzalimi.

Pada Bab tiga, penulis mengajak pembaca untuk mengenal lebih dekat kurikulum. Di sinilah inti pesan dari buku ini. Penjelasan tentang fungsi kurikulum, prinsip pengembangan kurikulum, dan kriteria untuk menyeleksi kurikulum dibahas dengan bahasa yang lugas dan singkat. Dan yang paling terpenting adalah, penulis mengkomparasikan hakikat kurikulum berbasis kompetensi dan hakikat kurikulum 2013.

Buku ini perlu dibaca oleh semua pihak, terutama pendidik, birokrat, pratisi media, aktivis LSM pendidikan, serta semua pihak yang terlibat dengan dunia pendidikan. Bagi para guru, memahami perbedaan hakikat kurikulum berbasis kompetensi dan kurikulum 2013 adalah sebuah keniscayaan. Sehingga mengetahui peruahan inti dari kedua kurikulum tersebut. Nah, dalam buku ini dijelaskan dengan poin yang tidak memusingkan pembaca. Lebih-lebih buku ini juga menjelaskan secara teknis (Bab 5) cara menerapkan kurikulum di sekolah. Cara penerapan kurikulum 2013 di sekolah adalah hal yang sangat penting, bukan? Selamat membaca.[]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun