Pertemuan antara juara dunia dengan negara yang hanya menempati peringkat ke-149 adalah momen yang mungkin tidak akan terulang. Jomplangnya peringkat yang bagaikan langit dan bumi sudah jelas memunculkan prediksi jika pertandingan akan berjalan timpang.
Memang selama 90 menit, 50.060 pasang mata secara langsung menyaksikan serangan demi serangan dilancarkan oleh pasukan La Albiceleste. Pertahanan Indonesia terus dibombardir oleh Julian Alvarez dan kawan-kawan hingga akhirnya jebol pada menit ke-38 oleh rudal yang dilepaskan gelandang Juventus, Leandro Paredes.Â
Keadaan tak banyak berubah di babak kedua. Argentina tetap menunjukkan kualitas dirinya sebagai tim terbaik dunia. Tim Tango kembali berhasil menjebol jala Garuda pada menit 56 melalui tandukan Cristian Romero yang menyambut sepak pojok Giovani Lo Celso. Argentina pun menutup malam manisnya di Gelora Bung Karno dengan dua gol tanpa balas.
Tak hanya di atas lapangan, perbedaan kontras juga nampak di atas kertas. Ya, statistik pertandingan menunjukkan angka yang sama sekali tidak memihak pada skuad Garuda. Beberapa diantaranya adalah Indonesia yang hanya mampu menguasai bola sekitar pertandingan atau 27 persen dan jumlah peluang yang hanya berjumlah 4, sangat jauh jika dibandingkan dengan 19 peluang mencetak gol Argentina.
Tetapi, bola itu bundar. Semua bisa saja terjadi, termasuk Indonesia yang ternyata mampu memberikan perlawanan, khususnya pada tembok pertahanan yang mendapatkan banyak sanjungan. Marc Klok dan kolega bermain disiplin dengan penuh totalitas hingga sempat membuat anak asuh dari Lionel Scaloni itu merasa frustrasi, termasuk salah seorang diantaranya adalah wonderkid Manchester United, Alejandro Garnancho.
Masuk di babak kedua, winger muda itu merupakan pemain yang ditunggu-ditunggu untuk unjuk gigi karena performa impresifnya bersama "Setan Merah". Bermain selama hampir setengah jam, nyatanya Garnacho tidak mampu berbuat banyak dan hanya menciptakan satu peluang saja. Selebihnya, pemain yang baru berusia 18 tahun itu harus jatuh bangun ketika berhadapan dengan kapten Indonesia, Asnawi Mangkualam.
Ya, Asnawi menjadi sorotan ketika mampu mematikan pergerakan pemain kelahiran 1 Juli 2004 itu. Garnacho yang berposisi di sayap kiri selalu "dikantongin" oleh Asnawi yang standby dan siap sedia di samping kanan pertahanan Indonesia.Â
Pada pertandingan tersebut, Asnawi memang bermain secara beringas dan tanpa pamrih. Pemain klub liga 2 Korea, Jeonnam Dragons itu dengan tenang selalu meladeni skill dan sprint yang coba dilakukan oleh Garnacho. Berulang kali Asnawi memenangkan duel dan melakukan tackling dengan bersih hingga membuat Garnacho kelelahan dan tidak berkutik.
Semangat juang yang dipertontonkan Asnawi mampu menghapuskan perbedaan kelas antara Argentina dan Indonesia. Kepercayaan dirinya yang sangat tinggi menunjukkan bahwa negara yang bahkan belum pernah sekalipun menjuarai piala AFF ternyata mampu meladeni pemain Liga Inggris, salah satu kompetisi terbaik dunia.
Tak hanya sang kapten, satu pemain lain yang juga mendapatkan perhatian adalah partnernya di sayap garuda, siapa lagi kalau bukan Pratama Arhan. Berbeda dengan Asnawi yang mampu kantongi Garnacho, Arhan yang berposisi di bek kiri mendapat sorotan karena berhasil melepaskan lemparan ke dalam yang jauh dan mematikan.
"Lempar lembing" ala Pratama Arhan memang merupakan kemampuan istimewa yang sangat merepotkan pertahanan lawan. Bagaimana tidak, lemparan ke dalam yang biasanya hanya beberapa meter mampu dilakukannya hingga puluhan meter dan menusuk ke dalam kotak penalti. Lemparan tersebut tak ubahnya tendangan penjuru maupun umpan silang yang sangat merepotkan pertahanan lawan, utamanya penjaga gawang.