Mohon tunggu...
MOCH FALAQ MUNTOHA
MOCH FALAQ MUNTOHA Mohon Tunggu... Relawan - Penulis,santri,dan pejuang sunyi.

Moch. Falaq Muntoha, lahir di Mojokerto,10 September 2000. Anak dari seorang Petani ini selalu aktif dalam bidang kesenian dan kemanusiaan. Karya-karyanya kebanyakan tertuju pada konsep sosial yang mengatasnamakan cinta, sebagai wujud untuk menghindari adanya kebencian, dan deskriminasi. Prinsip hidup seorang Falaq Muntoha adalah "menjadi diri sendiri dan jujur atas hal itu".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesetaraan Pendidikan

13 September 2021   20:33 Diperbarui: 13 September 2021   20:56 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semua anak muda berhak untuk belajar, tetapi tidak semua anak muda bisa mengenyam pendidikan formal di sekolah. Nyatanya masih banyak anak muda yang putus sekolah dikarenakan faktor ekonomi ataupun circle yang tidak mendukung. 

Rata-rata mereka berada di dalam sebuah kelompok di jalanan,lorong jembatan,di desa terpencil ataupun sejenisnya yang mendukung. 

Dan biar saya tidak dikira mengada-ngada soal permasalahan ini, maka saya menunjukkan bahwa hasil dari "Statistik Data Kemdikbud" tahun ajaran 2019-2020 bahwasannya anak yang putus sekolah/Drop-Outs dari negri mencapai 49,113 jiwa dan yang dari swasta mencapai 10,330 jiwa. Wuah..., bukankah sangat banyak yang putus sekolah?

Perlu kita garis bawahi, bahwa tidak semua anak muda bisa seperti Ibu Susi Pudjiastuti yang hanya lulusan SMP beliau bisa menjadi menteri,atau Andrie Wongso sosok motivator kondang yang menyabet gelar The Best Motivator Indonesia versi kompas, dan beliau hanya lulusan SMP.

 Itu seribu banding satu bro?
Apakah jelas kualitas pengetahuan dan kecerdasan kita seperti mereka?
Saya tak berani menjamin hal itu.

Memang Saya tak menyalahkan mereka sepenuhnya, karena mereka juga membutuhkan empati dari pemerintah, bahkan bukan hanya dari pemerintah saja, tetapi kita semua; seperti halnya mendirikan sebuah sanggar sebagai kesetaraan pendidikan meski dalam konteks pendidikan non-formal bagi mereka yang tergabung dalam sebuah  circle tersebut yang kurang mendukung, entah karena malas atau kurang nyaman terhadap kegiatan belajar mengajar di dalam sekolah formal. 

Nah..., dengan diadakan program tersebut, sebuah kemungkinan besar atas kemauan mereka untuk belajar dengan cara kita memberi mereka edukasi sebaik mungkin tentang pendidikan layaknya seorang sahabat dan menciptakan kenyamanan dalam kegiatan belajar mengajar seperti memberi arahan bahwa sekolah itu menyenangkan, bahkan kita juga bisa memberi mereka sedikit demi sedikit materi yang diajarkan di bangku sekolah. 

Dan pada akhirnya, kita bisa menggiring mereka ke sekolah formal, pasti bisa, dong!

Saya tahu, itu masih banyak relawan yang mampu menjadi pahlawan anak bangsa dengan memberi mereka pengetahuan dan mengajari mereka dengan baik di kolong-kolong jembatan dan di jalanan, tapi tidak keseluruhan, bukan? Masih banyak tempat yang perlu kita perhatikan.
Dan untuk para relawan pengajar pendidikan, kalian keren!

Dan untuk yang mengalami kendala faktor ekonomi lalu putus sekolah, Saya yakin pemerintah telah menyediakan berbagai program beasiswa yang sangat luas, dan semoga saja itu semua tidak hanya sekedar janji, "menjangkau pendidikan yang sulit dijangkau".

"Jika Kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka Kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan"
Imam Syafi'i.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun