Di sekolah, aku selalu fokus untuk mendengarkan guru mengajar, aku juga selalu mencatatnya. Ketika pulang sekolah, aku selalu meriview materi yang sudah diterangkan tadi, jika ada tugas langsung aku kerjakan pada saat itu juga. Aku bukan tipe siswa yang suka menunda-nunda, karna bikin kerjaan jadi menumpuk. Setelah aku riview materi, aku free dan bisa membantu ibuku untuk mengajari adik perempuanku. Oh ya, aku punya adik perempuan, namanya Elicha. Adikku kelas 6 SD, yang sebentar lagi mau kelulusan dan masuk ke sekolah negeri.
Tahun depan, ayahku punya 2 tanggungan, menyekolahkanku ke perguruan tinggi negeri dan menyekolahkan adikku ke sekolah menengah negeri. Dua tanggungan ini harus dipikul seorang driver ojek online, tentunya berat sekali. Aku berkomitmen, aku tidak akan menyusahkan ayahku dan aku akan membantu adikku untuk bisa berprestasi di kelas 6 ini.
Ketika malam tidur, terdengar obrolan ayah dan ibu yang memikirkan nasib kami
"Dek (panggilan sayang ayah ke ibu), tahun depan salim sama elicha udah lulus. Kita perlu biaya banyak buat kuliah salim dan sekolahnya elicha." Kata Bapak.
"Iya pak, aku juga bingung pak. Penghasilan kita terbatas mas. Selama ini penghasilan kita cukup buat makan dan sedikitnya bisa kita tabung". Sahut ibuku
"Emang perlu berapa sih dek keperluan buat kuliah?" Tanya bapak. "Kemarin Bu Erla bilang, kalo kita nggak mampu bisa gratis pak, asalkan punya KIP, tinggal uang saku dan keperluan kuliah salim aja pak. Ya kalo di total, keperluannya bisa 2 jutaan selama 1 bulan." Jawab Ibuku..
"Kalo segitu, ayah usahain, aku akan kerja dari pagi sampai malam. Semua ini demi masa depan Salim. Pokonya Salim harus sukses dan bisa lebih baik dari kita dek.." Kata sang bapak. "Aku juga akan cari tambah tambahan pemasukan pak, nanti waktu Elicha sekolah, aku akan jadi buruh cuci buat tambah tambahan. Semua ini buat elicha dan salim pak.." Kata Ibuku
Mendengar percakapan itu, mataku meneteskan air mata. Demi kami, ibu dan ayah relah banting tulang, rela menambah beban kerja untuk masa depan kami. Dalam hati, aku berjanji aku akan sukses dan masuk kampus impianku.
Tak Pupus Harapan
Kesokan hari aku bangun, seperti biasa aku datang lebih awal. Dan selalu membawa uang di dompet sebesar 200 ribu. Uang itu sebagai uang saku selama 1 bulan. Aku membaginya 100 ribu untuk keperluan transportasi, 50 ribu untuk keperluan tugas - pribadi, dan sisanya aku tabung. Â Aku sangat menghemat uang sakuku, karna ortuku secara penghasilan pas-pasan.
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa semeseter gasal telah berlalu. Kini tibalah semester genap dan pengumuman siswa eligible jalur nilai rapot (SNBP). Aku sangat bersemangat sekali, karna aku yakin aku adalah siswa eligible SNBP. Aku sangat memahami bahwa nilaiku masih oke. Singkat cerita, bu erla mengumumkan siapa saja siswa yang masuk kategori siswa eligible. Kebetulan aku masuk pada urutan 29 dari 35 siswa.