Pemimpin di Negeri Konoha dikenal dengan ketokohan, religius, kejujuran, kesederhanaan dan kepolosannya, ternyata pasca kepemimpinannya membuat bawahannya harus menanggung akibat hukum dan sampai terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) Lembaga Anti Rasuah (LAR).
Nama baik Negeri Konoha beserta kultur masyarakatnya terkenal santun dan agamis ini 'tercoreng'. Bagaimana tidak, pemimpin yang selama ini diagung-agungkan kejujurannya, ternyata di masa kepemimpinannya banyak mengakibatkan korban dari bawahan yang berusaha menutupi kasus atas perbuatan korup mantan pemimpinnya,
Dalam kampanyenya masih terngiang, TANPA KORUPSI, TANPA PUNGLI DAN TANPA JUAL BELI JABATAN, tetapi prakteknya, dalam kepemimpinannya sangat jauh bertolak belakang bahkan hampir seluruh janji kampanye dikhianatinya.
Korupsi fee proyek semakin menjadi-jadi, pungli kepada bawahannya dilakukan secara rutin, dan jual beli jabatan menjadi perbincangan sehari-hari dikalangan pegawai Negeri Konoha.
Secara tidak langsung, pemimpin menciptakan iklim korupsi di kalangan Pegawai Negeri Konoha, akibat banyaknya Pungli dan mahalnya harga sebuah jabatan Pegawai yang ingin menduduki jabatan penting.
Pegawai Negeri Konoha berlomba-lomba 'membeli' sebuah jabatan 'basah' yang tujuan utama dalam menjabat adalah mencari keuntungan semata dari penyimpangan pengelolaan anggaran uang rakyat.
Parahnya lagi, Pemimpin Negeri Konoha tidak sendiri dalam menjalankan aksi 'korupsi terselubung', dirinya dibantu oleh seorang putri mahkota yang selalu 'mengondisikan' fee proyek, pungli maupun jual beli jabatan, untuk selanjutnya dieksekusi oleh orang kepercayaannya.
Terjaringnya OTT LAR seorang pejabat dengan 2 oknum Aparat Hukum, adalah buntut dari 'pengondisian' kasus korupsi fee proyek mantan pemimpin untuk di 'peti-es-kan' agar kasus tidak berjalan sampai proses persidangan.
Deretan kasus Negeri Konoha yang "antri" di meja Aparat Hukum diantaranya :
- Kasus Program Holtikultura
- Pembangunan Gedung rehabilitasi Puskesmas Wringin.
- Pembangunan Gedung Puskesmas Botolinggo
- Rekontruksi ruas jalan Krajan Andung Sari Pakem
- PT. Bogem yang 2 tersangkanya di SP3
- Hibah Traktor Roda 4
- Kasus Kamar Operasi RSUD
- Kasus Jual Beli Jabatan
- Kasus Pasar Revitalisasi Tamanan
- Vonis Hibah Traktor, Hakim jelas menyebut bersama-sama oknum pejabat Dinas Pertanian, tetapi tidak dilakukan penangkapan terhadap yang bersangkutan.
- Pungli Hibah Traktor
- Banyaknya temuan audit investigasi BPKP Jawa Timur
- Dan masih beberapa kasus dugaan tipikor lainnya
Kejadian OTT LAR terhadap Pejabat Negeri Konoha, membuat kecewa masyarakat yang selama ini mengagungkan mantan pemimpin yang baru saja berakhir masa jabatannya.
Seperti tidak percaya, bahwa orang yang selama ini diagungkan masyarakat awam, ternyata berbuat tidak terpuji, korupsi dan menumpuk harta kekayaan dari hasil menjarah uang rakyat. Hal tersebut tentu saja melukai masyarakat Negeri Konoha serta mencoreng nama baik Negeri Konoha.
Sebagai tokoh yang sangat dihormati dan juga sebagai orang tua dari anak yang menjabat menjadi anggota parlemen, seharusnya memberikan contoh yang baik kepada masyarakat, khususnya masyarakat Negeri Konoha. Bukannya memberikan contoh yang tidak terpuji dengan melakukan tindakan korupsi yang jelas merugikan rakyat.
Perbuatan yang tidak patut untuk ditiru dan menjadi pengalaman pahit masyarakat Negeri konoha. Kepercaya masyarakat yang begitu besar, oleh mantan penguasa Negeri Konoha malah dijadikan ajang 'Aji Mumpung' mencuri uang rakyatnya sendiri.
Selalu bicara anti korupsi disetiap pertemuan kampanyenya, tetapi malah sebagai sutradara dalam melakukan tindak pidana korupsi uang rakyatnya. Akibat dari menuai bibit korupsi, saat ini waktunya 'panen' dan gelombang Tsunami Kasus Tipikor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H