Mohon tunggu...
MOCH SYAMSUDDINNUR
MOCH SYAMSUDDINNUR Mohon Tunggu... Guru - GURU

Guru di salah satu SMP Swasta di kawasan Surabaya Utara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Beberapa Faktor Tragedi Itaewon

20 November 2022   11:54 Diperbarui: 20 November 2022   11:58 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah hasil karya tulis dari siswa kami, yaitu Kartika Ayu Anggraini, Dhea Octaviana, Yola Sheyza Virginia, Ladynara Safina kelas delapan di SMP Barunawati Surabaya. Tulisan ini sebagai wujud keresahan dan pandangan siswa kami tentang tragedi kemanusiaan yang baru terjadi di Korea Selatan pada akhir bulan Oktober kemarin. Kami berusaha menyebutkan seluruh sumber refrensi dalam tulisan ini. Silahkan bisa memberikan umpan balik, komentar dan kritik di kolom yang sudah tersedia. Selamat membaca.

Perayaaan Halloween di Itaewon setelah 2 tahun tidak dirayakan karena dilanda Covid-19 berakhir ricuh dan menewaskan beberapa korban jiwa serta korban luka-luka parah akibat berdesakan. Tragedi ini terjadi di Itaewon, salah satu distrik di Korea Selatan, pada tanggal 29 Oktober 2022. Diduga tragedi ini terjadi lantaran adanya bentrokan di antara kerumunan massa.

Terdapat 156 korban jiwa, 197 lainnya luka -- luka dan 350 orang hilang. Dilansir dari CNN INDONESIA, ada beberapa faktor penyebab terjadinya tragedi Itaewon. Di awal insiden terjadi, beredar kabar bahwa puluhan korban yang pingsan dan terkapar di tengah kerumunan massa di Itaewon disebabkan oleh permen misterius yang dibagikan oleh orang tak dikenal di kawasan tersebut. Permen tersebut diduga beracun atau berisi narkoba. Salah satu saksi mata yang berada di lokasi saat kejadian berlangsung menuturkan seseorang dengan kostum Santa Claus memberikan permen warna-warni secara Cuma-Cuma. Sudah hal wajar bagi orang yang merayakan Halloween membagikan permen secara Cuma-Cuma. Namun, tak lama setelah permen tersebut dibagikan, banyak dari muda-mudi yang mengalami muntah-muntah bahkan pingsan di tempat.

Minimnya polisi dan kontrol kerumunan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya tragedi Itaewon. Menurut polisi, hanya 137 petugas yang dikerahkan ke Itaewon untuk mengamankan puncak perayaan Halloween pada Sabtu (29/11). Padahal, massa yang mendatangi kawasan Itaewon mencapai 100 ribu orang lebih, jumlah tertinggi yang tidak pernah terjadi. Dan diketahui bahwa tugas utama.

Mereka hanya memantau kejahatan narkoba dan pelanggaran lainnya, bukan menjaga ketertiban. Kepolisian nasional korea mengungkapkan telah menerima 79 panggilan darurat sebelum tragedi terjadi. Laporan diterima sekitar pukul 18.00 waktu setempat berisi laporan kekhawatiran akan adanya kemungkinan terjadi insiden besar akibat dari kerumunan massa di perayaan halloween tersebut. Di antara 79 panggilan darurat tersebut ada 11 panggilan darurat yang menyatakan langsuny akan kekhawatiran terjadinya desak -- desakan dan orang tergencet sampai meninggal. Pihak kepolisian korea mengaku tidak memiliki rencana khusus untuk acara malam itu, dan bertanggung jawab atas respon yang terlambat dan minimnya tindakan pencegahan.

Dikutip dari tweet akun twitter @ConversationIDN dari pandangan psikologis, tragedi Itaewon dapat dijelaskan dengan sebuah kondisi psikologis bernama Stampede. Dijelaskan bahwa Stampede adalah fenomena ketika kerumunan massa yang tidak dikelola psikologinya kemudian menjadi panik. Krisis alur-alir kerumunan massa merupakan gabungan fenomena panik , lari , desak , dorong , himpit-himpitan sampai saling injak dan terkadang juga saling serbu (PLDDHIS). Setelahnya, terdapat penjelasan bahwa ciri khas kematian yang diakibatkan oleh Stampede adalah berupa trauma di kepala dan dada akibat adanya benturan, terinjak, terjatuh, berdesakan, dan kekurangan oksigen. Menurut hasil penelitian Kenny dan kawan-kawan, pada beberapa kasus Stampede, orang yang berhasil selamat mengungkapkan bahwa mereka tidak dapat melihat atau mendengar apa yang terjadi di hadapan mereka sehingga secara keliru bergerak maju ke arah pintu yang terblokir.

Banyak peristiwa yang terjadi yang menjadi faktor penyebab tragisnya perayaan Halloween di Itaewon, Korea Selatan. Mulai daripermen misterius yang dibagikan, sampai timbulnya gejolak psikologis ditengah terjadinya tragedi tersebut yang menyebabkan semakin ricuhnya keadaan di TKP. Petugas keamanan dan kepolisian juga dianggap lalai dalam melaksanakan tugasnya, dengan hanya menempatkan sedikit petugas ditengah ribuan pengunjung yang datang. Namun, beberapa peristiwa yang terjadi merupakan hal yang tidak terduga. Perayaan Halloween yang memang biasa dilaksanakan di distrik Itaewon tersebut sebelumnya berjalan dengan lancar dan baik-baik saja. Diharapkan untuk perayaan selanjutnya pihak kepolisian korea selatan dapat lebih waspada dan mempersiapkan rencana pencegahan agar tragedi ini tidak terjadi lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun