Menyusuri sesak sesak kerumunan angka dan kata
Aku terpontang panting diserbu oleh kerumunan makna
Bagaikan tersiram dikolam bawah air terjun
Semua melekat menyusup ke pori - pori kulitku
Menyusup melalui lubang hidung dan telingaku
Sesekali aku terbatuk untuk membuang makna yang menyakitkan
Semua berdesakan tanpa permisi tanpa kendali
Bagaimana bisa seliar itu
Bagaimana bisa sehebat itu
Bagaimana bisa secantik itu
Bagaimana bisa tampil dengan mengagumkan
Membuat siapapun terpukau dan mematuhinya
Menggoda penggila kekuasaan untuk menggunakannya..
Mereka terus menyesaki tubuh dan hati ini
rasanya isi kepala sudah terlalu penuh.Â
Kemana harus kutuangkan semua ini
Tak ada wadah
Tak ada brangkas
Apalagi ruang kosong
Hanya ada buku putih kosong dan satu lusin pena disampingku.
Kubuka buku itu,Â
dan kerumunan itu lari berhamburan menggerakkan tangan ini mengambil pena,Â
menuliskan semua kata yang tak pernah terfikirkan sebelumnya..
waktu demi waktu,Â
semakin asik, semakin asik
Tak terasa pagi sudah berubah menjadi siang yang panas.Â
Sulit rasanya berhenti, lalu kupaksakan meletakkan pena.
Aku rasa sudah cukup untuk saat ini.
10 halaman pada dua sisinya, buku ini menjadi tempat tinggal dari semua kata yang berlarian mencari tempat singgah.Â
Sudah berkurang rasanya beban dikepala.
Moch Syahfrudin
Jepara, 3 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H