Mohon tunggu...
moch syahfrudin
moch syahfrudin Mohon Tunggu... Penulis - ID : moch03478 || Email : syahfmoch@gmail.com ||

ID : moch03478 Tinggal di Sebuah desa kecil di Kecamatan Mayong. Kabupaten Jepara. Jawa Tengah. Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Membangun Indonesia dari Desa Apa Tidak Perlu Dukungan Kementrian/Pemerintah?

3 Oktober 2023   12:25 Diperbarui: 3 Oktober 2023   12:34 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membangun Indonesia dari Desa sebuah impian dan bentuk sikap action yang bisa dilakukan minimal untuk perubahan kesejahteraan keluarga di desa tersebut dan apabila bisa menjadi percontohan bagi desa lain dan lingkup yang lebih luas Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, Kota Hingga Diluar Propinsi, atau bahkan sampai diseluruh kepulauan Indonesia. Maka hal tersebut bisa benar - benar dikatakan Membangun Indonesia dari Desa.

Maka dalam hal ini pembangunan seperti apa yang dimaksudkan ?, apakah membangun infrastruktur Negara menggunakan bahan bahan dari Desa ?, mengeruk sumber daya desa tanpa memperdulikan kondisi Desa tersebut ? atau memberi kesejahteraan bagi segelintir orang - orang yang ikut andil melancarkan pengerukan sumber daya alamnya ?

Membangun Indonesia dari desa..!!, apanya yang dibangun ?

Karakter bangsa kah?, ekonomi kah ?, budaya politik kah ?, atau untuk penyemangat masyarakat desa agar lebih produktif di Desa tanpa harus ke kota ?. atau memperbanyak gedung bertingkat di Desa - Desa ?, atau makna yang lebih mudah yaitu membangun jalan/infrastruktur lain di desa dimana anggarannya dari pemerintah selanjutnya dialokasikan untuk program membangun jalan / infrastruktur lain yang dimulai dari desa desa terpencil hingga ke pusat perdagangan kota sampai ke seluruh indonesia.

Entahlah, kalau saya beranggapan tidak semua bidang  pembangunan dimulai dari desa. Tapi ada yang bisa digarap dari desa.

mari kita coba ambil 1 contoh yaitu membangun ekonomi desa dengan potensi lokal yang ada.

Jika disebuah desa, saya ambil contoh Desa Mayong Lor dan Desa Mayong Kidul. Kec. Mayong. Kab. Jepara. memiliki potensi lokal home industri pembuatan batu bata dan genteng keramik dari tanah liat, usaha yang sudah dijalankan oleh setiap kepala keluarga secara turun temurun dari generasi ke generasi selama lebih dari 50 tahun.

Produk genteng dengan merek Mantili, SM Sokka adapun model genteng kerpus dan aksesorisnya adalah produk yang dihasilkan melalui serangkaian proses manual oleh tenaga manusia dengan biaya produksi yang tidak bisa dikatakan sedikit oleh pelaku usaha. belanja pengeluaran untuk produksi antara lain membeli tanah liat, perbaikan alat cetak, pisau kerik, kayu bakar, sekam, partikel untuk proses pembakaran keramik. upah  buruh, konsumsi buruh, sewa pick up saat membeli bahan untuk pembakaran keramik.

Tarif harga jual genteng Rp. 1.200 - Rp. 1.750/ biji, tarif harga jual batu bata Rp. 450 - Rp. 650/ biji tergantung dari kualitas genteng, harga tersebut kalau saya perkirakan untuk biaya tenaga dari pemilik usaha yang kebanyakan juga ikut terlibat dalam proses pembuatan genteng biaya tenaga tidak terhitung saat penentuan harga. termasuk biaya perawatan alat kerja.

keuntungan pengrajin dari hasil penjualan genteng jika harga bagus, dan dikurangi biaya produksi kembali. Penjualan per 1000 biji genteng hanya mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp. 200.000 - Rp. 500.000 ribu yang masih dikurangi untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari - hari seperti makan, membayar listrik, membiayai sekolah anak dan lain lain. jumlah nilai keuntungan ini pun tidak bisa dirasakan oleh pengrajin lain karena adanya faktor kebutuhan uang mendesak akhirnya genteng dijual murah ke pengepul. Bagaimana jika harga genteng turun ?

apa penyebab harga genteng turun ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun