Mohon tunggu...
Mobit Putro W.
Mobit Putro W. Mohon Tunggu... Dosen - Bergelut dengan bahasa

Hidup itu bukti sebuah kematian....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Kuliner: Nasi Liwet Khas Solo di Jakarta

29 September 2015   12:56 Diperbarui: 29 September 2015   13:34 1931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali membaca tulisan “SOLO THE SPIRIT OF JAVA”, kenangan saya selalu muncul dan terbayang-bayang kota Solo dengan kekhasan titik-titik kotanya, budaya dan makanan khasnya. Namun sayangnya, kekhasan Solo tersebut kadang hanya dapat dinikmati di dunia maya, dengan video dan gambar-gambarnya bagi mereka yang sedang berada jauh dari kota itu. Terlebih di kota Jakarta yang notabene, semua jenis masakan dari daerah manapun, baik dalam maupun luar negeri, telah mewarnai keseharian kita. Kalaupun ada, tidak ditangani dengan benar-benar “sentuhan” Solo dengan segala feature-nya yang tidak terlupakan.

Pada hari Senin pagi pekan lalu, saya berangkat ke kantor lewat Jl. Pondok Kelapa Raya… Di sana terpampang tulisan “Nasi Liwet Solo (NLS) Buka mulai jam 06.00 pagi”. Kebetulan saya berasal dari kawasan Solo Raya dan  susah mendapatkan nasi liwet beneran yang  lengkap seperti yang pernah saya nikmati di Solo.

Karena demi bernostalgia di Solo dulu, saya akhirnya memutuskan untuk merapat di NLS dan menyantap Nasi Liwet yang benar benar lengkap  khas Solo. Di luar dugaan Saya, ternyata bukan hanya  Nasi Liwet yang membuat saya terpesona, namun terdapat varian produk yang disajikan oleh rumah makan tersebut. Selain nasi liwet, terdapat juga Soto Kartosuro; Soto Babat/ Ayam ,Bebek Goreng , Babat Gongso dan Nasi Goreng. Semua itu memang menu branded dari Solo.

Nasi liwet Solo biasanya disajikan di  pesta-pesta perkawinan.  Tampilan dan assesoris Nasi Liwet pada umumnya biasanya   dilengkapi dengan sayur labu, telur warna natural biasa, dan tidak dilengkapi areh kuning telur dan areh putih. Namun nasi liwet Solo Pondok Kelapa tersebut tampil beda, tampilan diganti dengan sayur pepaya muda , telurnya  warna natural biasa  diganti dengan telur warna  coklat dan biasanya tidak  terdapat areh kuning telur dang areh putih yang menjadi khas Nasi liwet Solo.

Sebagai bahan pertimbangan jika pembaca rindu Solo, di rumah makan tersebut juga tersedia, minuman Beras Kencur, Gula Asam dan Teh  “oplosan” khas Solo dan hiasan photo bernuansa Jawa Tengah. Pastinya nuansa Solo tersebut  menambah kesan ber”suasana kampong” semakin kental, apalagi jika ditambah lantunan musik  langgam Jawa, akan semakin menambah kesan mantap dan ngangeni.

Pada kesempatan pagi itu, saya hanya menyantap Nasi Liwet dan Teh Manis  khas solo yang  Nasgithel- panas legi dan kenthel- yang tidak saya temukan di tempat manapun di kawasan Jabotabek. Kata Pak Arifin, sang juru masak yang asli Kartosuro itu, konon  teh diramu dari dua merek teh yang aromanya paling disukai oleh masyarakat Solo . Ketika saya tanya merek tehnya, ternyata   merek dirahasiakan.

Menghadirkan kuliner  Solo di kota Jakarta dengan menyajikan “makanan khas  daerah yang nikmat  dan menggugah selera makan”  merupakan misi kami, kata Fauzi , penanggung jawab rumah makan,  yang kebetulan  pagi itu  juga sedang sarapan Soto Babat… Beliau menjelaskan “semuanya mengangkat  makanan khas Solo, bahkan kami juga menggunakan piring dan cangkir  jadul alias kuno  untuk lebih mengingatkan masa lalu kita di Solo”, dengan sangat antusias.

Merintis NLS memang tidak mudah, “karena kami harus mengadakan edukasi kepada masyarakat Jakarta untuk jajan  pada saat sarapan pagi” kata penanggung jawabnya. Sementara ini di Jakarta menu sarapan favorit  di pagi hari banyak didominasi dengan ketupat sayur, ketoprak, soto dan lontong opor. Fauzi mengakatan bahwa, Nasi Liwet Solo siap bersaing dengan makanan  sarapan lainnya dengan harga per porsi biasa sekitar Rp. 10,000,-.

 Nasi Liwet Solo ini baru dibuka pada tanggal   17  Agustus 2015 dan mempunyai keinginan untuk mengembangkan cabangnya sebanyak mungkin dengan  sistem franchise mulai tahun 2016. Targetnya tidak muluk-muluk, jika  jam buka 06.00 – 10.00 dan laku 100 an porsi atau Rp. 1,6 Jt, dijamin akan banyak masyarakat Jakarta yang ingin membuka cabang kami.

Selain itu, misi cinta “makanan khas daerah” juga mendorong pemilik untuk terus mengembangkan identitas keIndonesiaan. Sehingga makanan-makanan khas nusantara benar-benar menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun