Mohon tunggu...
Mobit Putro W.
Mobit Putro W. Mohon Tunggu... Dosen - Bergelut dengan bahasa

Hidup itu bukti sebuah kematian....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ada Apa dengan Sholat Dhuhur Berhadiah?

13 Februari 2014   17:45 Diperbarui: 22 September 2015   15:57 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[caption id="attachment_322410" align="aligncenter" width="544" caption="Suasana di dalam Masjid At-Taqwa Kota Bengkulu sebelum shalat jamaah Zuhur (Kompas.com/Firmansyah)"][/caption]

Pekan ini, berita yang paling menggemaskan adalah tentang kompetisi sholat jamaah yang digelar oleh Pemkod Bengkulu. Berita-berita lain, korupsi atau politik tidak mendapatkan perhatian khusus, karena itu adalah hal biasa. Bukan extraordinary news.

 

Kabar diperlombakannya ibadah, apa pun bentuknya, sudah hal biasa di Indonesia. Dari tingkat RT dan RW, misalnya, untuk memotivasi anak agar senang ke masjid. Berbagai lomba sering terdengar di lingkungan kita, lomba Adzan, hafalan Qur’an, membaca Quran, lomba Kaligrafi, lomba ceramah dan lain sebagainya. Belum lagi ditingkat nasional ada MTQ (Musabaqah Tilawati Quran).

 

Kita tahu betul, orang-orang yang berkualitas dalam bidangnya akan kelihatan. Sehingga, terjaringlah orang-orang yang memang memiliki kompetensi di bidang tertentu. Lalu apa yang terjadi ketika yang dilombakan adalah sholat (dhuhur) berjamaah?

 

Dari perspektif mana pun tidak ada yang salah, walaupun apa yang dilakukan oleh wali kota Bengkulu itu sangat kontroversi, banyak yang mendukung juga tidak sedikit yang mencemooh. Hal itu wajar sebagai akibat dari tumbuh kembangnya kehidupan berdemokrasi di Indonesia. Siapa pun memiliki hak untuk memuji, mengkritik, mencemooh bahkan mencaci-maki seseorang yang tidak disukainya.

 

Memang kenyataan di Bengkulu yang sekarang ini sedang terjadi adalah refleksi keindonesiaan kita atau kemanusiaan kita. Bahwa salah satu karakter kita adalah senang bila mendapatkan hal-hal yang gratis/ hadiah bahkan hingga sogokan sekalipun. Pun kita juga sama-sama melihat, masjid yang menjadi ajang lomba sekonyong-konyong menjadi ramai penuh sesak karena program itu. Apa yang terjadi?

 

Kita, dengan mata telanjang dan cara perpikir sederhana membuat simpulan bahwa orang-orang yang ke MAsjid At Taqwa di kota Bengkulu dikarenakan turut berpartisipasi dalam lomba, atau sekedar meramaikan. Tidak tanggung-tanggung hadiah yang ditebarkan oleh Pemkod; mobil, umroh, haji dan masih banyak hadiah yang menarik.

 

Tujuan diselenggarakannya event itu adalah untuk menciptakan Bengkulu sebagai Kota Religius dengan cara meramaikan masjid pada waktu salat. Hadiah tersebut diberikan sebagai motivasi dan pengharagaan bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah.

 

Berlimpahnya hadiah itu bisa jadi dorongan yang paling utama, meskipun sebelumnya ada banyak jamaah yang memang menjadi jamaah tetap masjid tersebut. Tentu program yang digelar itu akan menjadi pemanis juga, hasil sampingan, ketika mereka menjadi pemenang kelak.

 

Kita berharap, panitia perlombaan benar-benar bekerja professional dan tidak mengabaikan aspek-aspek lain ketika melakukan penilaian. Karena seperti disampaikan oleh Kepala Kantor Agama Kota Bengkulu, Mushlihudin, semua peserta yang bisa 40 kali salat dzuhur setiap Rabu berturut-turut, dipastikan akan mendapatkan hadiah berangkat haji atau umroh. Untuk pemenang mobil, pemenangnya hanya 1 orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun