Mohon tunggu...
Mobit Putro W.
Mobit Putro W. Mohon Tunggu... Dosen - Bergelut dengan bahasa

Hidup itu bukti sebuah kematian....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ada Apa dengan Sholat Dhuhur Berhadiah?

13 Februari 2014   17:45 Diperbarui: 22 September 2015   15:57 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Penulis sebenarnya tidak mempermasalahkan program tersebut, sepanjang tidak mengabaikan program yang lebih penting, misalnya mengabaikan hak-hak warga kurang mampu/miskin entah dari aspek pendidikan, kesehatan dan kesejahteraannya.

 

Hal-hal penting yang ingin penulis sampaikan lebih kepada proses dan paska perlombaan itu sendiri. Dari sisi proses, siapa saja yang akan menjadi peserta dan semestinya semua warga memiliki hak yang sama untuk mengikutinya. Jangan sampai terkesan perlombaan itu pilih kasih atau sejenisnya. Apakah orang-orang miskin atau tua renta juga memiliki hak yang sama, misalnya ketika mengisi daftar hadir. Kemampuan berjamaah (sholat di masjid) seseorang memang tidak sama. Ada orang jauh dan harus berjalan kaki dengan bersemangat hadir ke masjid, ada orang segar bugar dan sehat wal afiat namun jarang ke masjid meskipun rumahnya samping masjid. Oleh karena itu panitia sebaiknya tidak hanya berpikir pragmatis pemenuhan kali hadir yang diperlukan.

 

Selanjutnya, akan sangat mengecewakan, bila masjid sebesar itu hanyalah bangunannya yang besar namun miskin jamaah. Dengan kata lain, hanya ketika perlombaan saja masjid itu terisi penuh. Umat Islam di lingkungan masjid itu seakan ditampar oleh program Pemkod tersebut.  Ternyata masjid hanya penuh orang-orang yang cari sesuatu (hadiah) dan waktu diadakan lomba (dhuhur). Masjidnya besar namun tidak ada jamaahnya, dan kebanggaan itu hanya terletak pada bangunannya. Ironis.

 

Dan yang lebih penting dari itu, bahwa masjid di Bengkulu bukan hanya At Taqwa di mana saat ini sedang diadakan lomba itu. Jumlah masjid dan mushola di Bengkulu mungkin ribuan dan jutaan. Yang lebih penting, sejatinya bukan menghadiahi warga yang rajin ke masjid, namun bagaimana melaksanakan pendidikan agama dan pembudayaan datang ke masjid kepada seluruh warga Bengkulu.

 

Sunan Abu Daud meriwayatkan, Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah Al Khuza’i telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas dan Qatadah dari Anas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan tiba Hari Kiamat sampai manusia bermegah-megahan dalam membangun Masjid.”

 

Semoga motivasi yang dibangun oleh Wali Kota Bengkulu itu, mampu mengembalikan semangat kita kembali ke masjid, bukan hanya untuk mencari hadiah, apa pun bentuknya. Karena  ketaqwaan itu tidak bisa dihitung secara matematis, namun terkadang hitungan matematis itu proses yang harus dihargai upaya menuju ke sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun