Mohon tunggu...
Mobit Putro W.
Mobit Putro W. Mohon Tunggu... Dosen - Bergelut dengan bahasa

Hidup itu bukti sebuah kematian....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jokowi, Superman, dan Filsafat Jawa

26 Desember 2012   09:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:01 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ojo dumeh mengajarkan kita untuk bersikap wajar dan biasa-biasa saja. tetaplah kita berpijak kepada kebenaran, baik agama, hukum, budaya, sosial. Jangan sampai kita mudah merasa bahwa kita hebat, kaya, berkuasa, pintar, hingga kita menyepelekan yang lain. Jangan kita mentang-mentang, karena suatu saat semuanya itu akan kembali tidak ada. Maka seharusnya kita menjaga kepercayaan selagi dipercaya orang.

Ojo waton ngomong, nanging ngomonga nganggo waton. Frase ini mengajarkan agar kita mampu menjaga lisan, dan janganlah kita bicara tanpa dasar dan kaidah-kaidah yang benar. Lidah kita dalah pembunuh kita sendiri bila kita tidak mampu bijak dalam menggunakannya, maka berhati-hatilah bila kita bicara. Pikirkan perasaan, budaya, lawan biacara kita, sebelum bicara, karena penyesalan itu akan tiba setelah semuanya terjadi.

Ojo adigang adigung lan adiguna. Siapapun kita, kita tidak akan lepas dari kehidupan manusia, lingkungan dan masyarakat. Maka kita tidak perlu takabur dan jumowo dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat akan menilai kita semua dari kerendahan hati, sikap, bicara. Maka tidaklan layak bagi kita untuk merasa berkuasa, lebih tinggi, dan lebih bermanfaat atau berguna dari orang lain.

Ojo gampang gumunan. Frase ini memberi pesan bahwa kita sebaiknya tidak mudah heran melihat hal-hal yang baru. Di sini kita diajarkan untuk bersikap, berpikir, dan bertindak kritis. Jangan melihat sesuatu hanya dari kasingnya, dalamilah isinya, karena kasing itu tidak selalu representasi dari isinya. Carilah informasi sebanyak-banyaknya untuk membekali pengetahuan kita tentang segala sesuatu.

Itulah beberapa nilai "filsafat Jawa" yang sebaiknya para pemimpin implementasikan, agar mereka dekat dengan rakyatnya, tahu rakyatnya dan mengayomi rakyatnya. Penulis yakin, Jokowi lebih baik pemahamannya akan nilai-nilai tersebut, sehingga kita merindukan lahirnya pemimpin-pemimpin seperti sosok Jokowi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun