Menanggapi tindakan bodoh itu, mantan menteri luar negeri Israel, Michael Melchior, juga menyesal dan menyebutkan bahwa film itu sebagai produksi murahan dan lebih tepat disebut sampah daripada sebuah karya.
Sikap Obama
Barack Obama yang saat ini masih menjadi presiden tidak menunjukkan kenegarawanan dan pembela HAM dan demokrasi seperti yang selama ini digembar-gemborkannya. Obama justru malah mengomentari soal kerusuhan di Libya, dimana Dubes AS di Benghazi, Libya, John Christpher Stevens dibunuh. Ia tidak memberikan pernyataan atas lolosnya film yang provokatif itu, apalagi meminta maaf kepada dunia.
Obama nampaknya bukan pimpinan yang baik dan tidak jauh dari presiden sebelumnya yang juga pintar membuat bencana. Dia malah bersumpah akan menyeret pelakunya ke pengadilan dan berkeyakinan bahwa kerusuhan itu tidak muncul karena film itu. Menurutnya pembunyuhan itu memang sudah direncanakan dan mencurigai dilakukan oleh kelompok Anshar al-Syariah dan afiliasinya di Afrika Utara.
Mendesain Teroris Baru di atas Islam
Pernyataan Obama tentang kelompok yang menyerang hingga mengakibatkan terbunuhnya Dubesnya, bukan tidak mungkin akan menciptakan kelompok teroris baru yang diciptakan oleh Amerika. Hal ini cepat atau lambat akan membuat kebijakan Amerika semakin radikal menyikapi terbunuhnya Stevens tersebut.
Dan umat muslim harus bersiap-siap lagi menghadapi teror baru ala Amerika. Organisasi-organisasi Islam yang menggunakan term "anshar" bisa jadi akan dikait-kaitkan pada aksi itu.
Beberapa informasi yang saat ini beredar, dan sedang dibangun oleh beberapa kalangan, stigma intoleransi sering diarahkan kepada beberapa tindakan umat mulsim di tanah air ini. Beberapa bentuk pujian tentang kepiawaian Amerika dalam mengelola HAM dan demokrasi sering pula mewarnai media kita. Sehingga sering pula terjadi pengkotak-kotakan tentang klasifikasi muslim di beberapa negara. Selain itu itu wujut ketidakjujuran yang terus berkembang.
Pengkotak-kotakan muslim berdasarkan pola pemahaman sering pula dikuatkan oleh beberapa intelektual muslim sendiri, sehingga hal itu terus menguatkan bahwa memang ada muslim-muslim yang sering di plot oleh orang yang Islamphobia. Islam eksklusif, Islam Inklusif, Islam Moderat, Islam radikal, Islam Fundamentalis, Islam toleran dan Islam intoleran.
Kondisi itu sebetulnya justru malah mempertajam kesenjangan perlakuan terhadap beberapa umat muslim, yang sebaiknya mereka di-silaturahim-kan untuk menciptakan toleransi internal kaum muslim sendiri. Ini tugas kita semua.
Agar lebih komprehensif, baca pula ulasan Pak Prayitno Ramlan.