Sebagai pendatang baru partai Demokrat benar luar biasa. Dalam hitungan di bawah 5 tahun, demokrat telah mampu menunjukkan kiprahnya di dunia perpolitikan Indonesia. Dulu Demokrat hanya partai yang ecek-ecek (kecil) namun kini menjadi partai yang disegani dengan mendapatkan kursi DPR terbanyak dan menggolkan pimpinannya menjadi presiden.
Banyak dugaan ketika itu, bahwa membesarnya Partai Demokrat karena representasi dari nasib "yang perlu dikasihani" akibat dari tekanan psikologis Susilo Bambang Yudhoyono ketika menjadi pembantunya Megawati.
Tak pelak, karena "wajah kasihan" SBY Partai Demokrat mendapatkan keuntungan politik yang menggetarkan partai-partai yang besar lebih dulu. Partai-partai lama pun dilalap habis, Golkar, PDIP, PPP dalam dua dua periode kelabakan mengejar moncernya Demokrat.
Kini, hari-hari ini Partai Demokrat sedang mencoba menghibur diri dan memecahkan masalah-masalah yang menimpa kebesarannya. Ribuan masalah tengah diupayakan dipecahkan untuk mengembalikan eletabilitas yang terus merosot.
Masalah yang terus menggerus Demokrat tidak saja datang dari luar yang berupa cacian masyarakat dan terus turunnya kepercayaan, namun juga dari dalam yang terus bergejolak oleh ulah-ulah penggede yang terus menjadi perbincangan di masyarakat.
Sentil menyentil dari para pendiri dan deklarator terhadap orang-orang yang ambigu terus berlangsung. SBY, misalnya, berkali-kali menyentil bahwa orang-orang yang bermasalah akan dikeluarkan dari partai, namun orang-orang yang diduga pun tak kalah, mereka tetap tenang-tenang saja. Sentilan-sentilan yang tidak definitif itu tentu akan membuat suasana gerah di Demokrat terus berlangsung.
Pun juga para pejabat partai yang terus saling sodok kanan kiri demi keselamatan pribadi. teriakan-teriakan kader partai di beberapa daerah terus menambah runyamnya partai berlambang mercy itu.
Masalah akan terus berkembang. Terus bergeraknya KPK dalam mengusut proyek Hambalang tentu akan menggetarkan beberapa orang yang diduga terlibat dan menerima dana korupsi proyek itu. Walaupun terlihat tenang-tenang, orang yang pernah disebut-sebut oleh Nazarudin harus siap-siap menghadapi kasus hukum yang mungkin akan diarahkan kepada yang bersangkutan bila terbukti terlibat.
Setelah mengalami keterpurukan dari beberapa survey yang diadakan oleh lembaga survey, baik langsung atau tidak, citra Demokrat akan terus merosot. Survey, yang oleh beberapa orang diragukan karena unsur pesanan, tidak bisa dianggap enteng. Bisa jadi itu adalah gambaran riil dari relung hati masyarakat bahwa Demokrat memang sedang tidak dipercaya oleh masyarakat.
Seperti yang dikabarkan oleh Tempo.co, bahwa hasil survei yang dilakukan LSI, dukungan terhadap Demokrat terus menurun sejak Januari 2011. Data LSI saat itu menyatakan tingkat dukungan terhadap Demokrat sebesar 20.5 persen. Jumlah tersebut turun menjadi 15.5 persen pada Juni 2011. Beruntung. dukungan sempat naik pada Oktober 2011 menjadi 16.5 persen. Namun kembali menurun pada Januari 2012 menjadi 13.7 persen dan 11.3 persen pada Juni 2012.
Kondisi inilah yang terus diupayakan perbaikannya oleh para pendiri dan deklarator. Bila tidak demikian, pemilu mendatang Demokrat akan mendapatkan ganjaran yang cukup mahal karena tidak mendapatkan apa-apa. Lebih dari itu depresi politik mungkin akan dihadapi para kader karena masyarakat telah menarik kepercayaannya kepada Demokrat.
Selain masalah-masalah tersebut Demokrat akan terus menghadapi tahapan penurunan kepercayaan masyarakat. Para kadernya yang sering membuat ulah dengan pernyataan-pernyataannya yang kontraproduktif dengan perasaan masif di masyarakat akan menjadi penilaian sendiri.
Masyarakat akan terus melihat dan menilai peran Demokrat di bumi Indonesia. Sindiran dan hujatan sering terdengar, misalnya kepada para kader, sebut saja Sutan Bhatugana, Ruhut Sitompul, Marzuki Ali, Anas Urbaningrum dan kabar teranyar adalah Ulil Absor Abdila.
Ulil dalam akun twitternya misalnya menyatakan persetujuannya untuk melepas Papua. “Apakah kita masih harus mempertahankan Papua? Bagaimana kalau dilepaskan saja? Rumit!”.
Pernyataan Ulil tentu banyak melukai hati masyarakat yang terus mendukung NKRI sebagai kesatuan sejarah yang tidak terpisahkan. Dengan pernyataannya itu, pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL) yang kini menjabat Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan DPP Partai Demokrat, mungkin akan menambah tentetan kemunduran Demokrat dan menegaskan bahwa Demokrat memang layak untuk diragukan untuk memimpin bangsa ini.
Apakah ribuan masalah yang saat ini belum terselesaikan di Demokrat menunjukkan bahwa Partai Demokrat adalah partai yang acak-acakan?
Entahlah kita lihat saja perkembangannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H