Juga misalnya terkait dengan penolakan FPI di Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya (11/2/12) kemarin. "Berbeda dengan massa yang mengatasnamakan Dewan Adat Dayat (DAD) dan Majelis Adat Dayak Nusantara (MADN) yang menolak kedatangan rombongan Front Pembela Islam (FPI) di Kalimantan Tengah, Sabtu, (11/2), tokoh Dayak Seruyan mengakui jika mereka mendukung FPI." Hal seperti ini yang tidak terendus, sehingga yang terangkat hanya stigma-stigma yang tidak berdasar.
Budiardi, tokoh masyarakat dari Partai Kebangkitan Bangsa, yang juga anggota DPRD, misalnya mengatakan, "Saya dari masyarakat Dayak Seruyan. Betul kata Habib (Rizieq) tidak semua masyarakat menolak FPI, kami akan tetap mendirikan FPI di Seruyan, Kobar, Kotim, Sampit, dan Kuala Kapuas, secepat-cepatnya. Masyarakat mendukung dan kami bahkan meminta,". (13/2).
Kita sebagai bangsa yang besar harusnya bisa menghargai perbedaan-perbedaan yang ada, sepanjang pemerintah menjaminnya dengan aturan-aturan yang telah dibuatnya. Penulis tidak berpretensi untuk berpihak kepada siapapun, namun hanya ingin mengajak bersama mendudukkan masalah kita bersama.
Untuk para wartawan, media TV dan apa saja, bekerjalah secara profesional dengan melakukan pemberitaan yang berimbang. Sehingga media bukan berfungsi sebagai profokator namun lebih kepada pencerdasan pada masyarakat.
Wallahu 'alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H