Mohon tunggu...
Mobit Putro W.
Mobit Putro W. Mohon Tunggu... Dosen - Bergelut dengan bahasa

Hidup itu bukti sebuah kematian....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cerita Politika Nyonya Premium dan Tuan Pertamax

5 Januari 2012   07:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:18 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali Indonesia diributkan oleh hal sederhana namun tidak sederhana. Sederhana karena itu hanyalah jenis minyak dan sebagian besar kita bersentuhan dengan itu setiap hari. Sedangkan memang tidak sederhana karena itu adalah urusan nasional yang melibatkan para pejabat negara. Anehnya, urusan ini sepertinya tidak selesai-selesai. Keengganan pemerintah untuk menyelesaikan karena banyak kepentingan di dalamnya dan pemerintah lebih banyak memikirkan orang-orang yang memang super mampu. Sehingga hak-hak orang yang memang harus disubsidi harus terabaikan karena ketidak tegasan pemerintah. Sering kita dengar kebelumterlaksananya aturan bahwa premium yang hanya dikhususkan kepada warga masyarakat yang berhak mendapatkan subsidi. Hal ini terjadi karena secara teknis belum ditemukan formula yang tepat tentang bagaimana untuk mengkhususkannya di lapangan. Harga premium dan pertamax memang jauh berbeda. Perbedaan keduanya sangat jauh, karena premium berharga Rp. 4.500, - sedangkan pertamax karganya kisaran Rp. 8.000,- sampai Rp. 10.000,-. Sehingga aturan yang mengkhususkan bahwa premium hanya untuk warga yang berhak mendapatkan bahan bakar bersubsidi seharusnya terus dikumandangkan untuk menyadarkan pemilik mobil mewah yang sebenarnya sangat tidak layak mendapatkannya.

Pemerintah memang telah melakukan beberapa upaya untuk mempertegas aturannya, namun nampaknya upaya itu belum berbuah hasil. Premium yang sedianya hanya disediakan untuk pengendara motor, misalnya harus dipakai oleh para pengendara mobil dengan berbagai merek. Upaya pemasangan spanduk peringatan, misalnya tetap saja mentah dan tidak berefek. Pengendara atau pemilik mobil-mobil mewah nampak berpura-pura tidak bisa membaca tulisan itu. Tulisan-tulisan menyentil orang kaya, tidak punya kekuatan untuk merubah persepsi mereka, bahwa hal itu bukan menjadi haknya. Tetap saja mereka ber"korupsi" masal pada ranah BBM bersubsidi. Anehnya, para penyelenggara SPBU juga belum terlihat upaya untuk pencegahan. Saya belum pernah menyaksikan  karyawan SPBU yang dengan serius menegor pengendara mobil mewah untuk berlaku fair. Mereka tetap melayani dan tak ada usaha untuk memperkuat statemen dalam spanduk dengan bahasa verbalnya. Kalau pada tahun 2012 ini sebagai awal dari pemberlakuan aturan itu, pemerintah juga harus memberikan sangsi yang tegas pada para pemilik mobil mewah itu. Mereka bukan orang yang berhak menggunakan premium, alias mereka seharusnya pengguna pertamax.
Selain itu, pemerintah dan penyelenggara SPBU harus merubah setting atau sarana pengisian entah dengan cara apa saja. Buat saja tempat-tempat lalu lintas mobil hanya berisi pertamax. Tempat pengisian premium juga disetting sedemikian rupa sehingga hanya motor yang bisa melewati itu. Dengan cara ini, masing-masing jenis bahan bakar sudah memiliki jalur khusus agar premium benar-benar dimanfaatkan pengguna kendaraan yang bersubsidi. Sebetulnya dari fenomena tersebut, kebanyakan orang Indonesia yang mampu (baca: kaya) juga kurang memiliki kepedualian sosial yang kuat. Mereka tidak memiliki rasa malu, atau memang pura-pura tidak tahu sehingga mereka benar-benar bisa menikmati sesuatu yang bukan haknya. Itulah sedikit gambaran kebanyakan orang kaya di negeri ini. Semoga tahun 2012 ini benar-benar tahun kebangkitan bagi bangsa Indonesia. Sumber Gambar: swastyatu.wordpress.com, blognyamitra.wordpress.com dan bennythegreat.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun