Kupegang doa di tengah gelap gulita
Antara pilihan suci atau rindu yang kupendam
Dua pilihan ada di depan mataku, buram dalam terang
menguji iman, menarik jiwa
Di sisi yang lain, panggilan untuk menjadi yang terpilih
Membimbing jiwa jiwa pada jalan yang tenteramÂ
Tugas di pundak, harapan untuk tenteram
Namun disisi lain senyummu selalu ada di benakkuÂ
Ku kenang senyummu di batas angan angan saja
Setiap senyummu menarik hatiku
Namun, suara batin ini selalu menyambut-Nya
Memintaku menjadi petani di ladang-Nya
Rasanya ingin kubawa kau bersama diriku selalu
Di perlintasan yang bersih, di koridor keabadian
Namun takdir berkata lain, semua hal tidak bisa digenggamÂ
Merelakan adalah bentuk cinta yang paling tulus
Aku hanya seorang manusia yang lemah
Akan kuserahkan semua kepada yang IlahiÂ
Sebab Dia atau dia, harus aku pilih
Mungkin tugas ku hanya sebatas untuk menjaga jodoh seseorang
Tidak lebih tidak kurang
Maka jika nanti aku tiba tiba menghilang
Jangan anggap cinta kita berdua usai begitu sajaÂ
Sebab di dalam genggaman tanganku
Dan di dalam pejamkan matakuÂ
Kau akan selalu ku temui, di dalam rindu yang selalu abadi Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H