Mohon tunggu...
nur taufik
nur taufik Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Siapakah yang Sebenarnya Sesat

13 Februari 2016   11:23 Diperbarui: 13 Februari 2016   11:38 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesat adalah ketika kita tidak berada di jalan yang benar. Sama pengertiannya dengan bingung tidak tahu jalan. Maka ada pepatah yang mengatakan "malu bertanya sesat di jalan". 

Bicara mengenai sesat, maka kita teringat akan berita tentang Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengeluarkan fatwa sesat kepada ormas yang menamakan diri Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR). MUI tidak mensasar gerakan sosial maupun pertanian yang dilakukan GAFATAR melainkan ada pemahaman mereka yang dianggap menyimpang oleh sebagian umat muslim.

Dalam kurun 4 tahun, ormas tersebut telah melakukan donor darah, cek kesehatan maupun gerakan sosial lainnya. Di samping itu mereka juga bertani di Kalimantan namun tetap tak dapat menghalangi MUI untuk mengeluarkan fatwa sesat kepada ormas yang telah bubar Agustus 2015 lalu.

Bagi mainstream hari ini sebaik apapun perbuatan tidak akan diterima jika keyakinannya menyimpang. Sehingga berlaku juga sebaliknya meskipun tak beradab alias biadab asal pemahamannya sesuai dengan paham yang umum berlaku tidak masalah.

Mengutip artikel di salah satu situs, Anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Jalaluddin Rakhmat menjelaskan, fatwa sesat yang dikeluarkan MUI untuk Gafatar tidak sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang dimiliki organisasi kemasyarakatan pimpinan Ma’ruf Amin tersebut. "Dalam AD/ART-nya, tujuan berdirinya MUI itu untuk menjaga persatuan dan persaudaraan umat Islam. Tapi kenyataannya, MUI memecah belah umat Islam dengan menyerang kelompok yang bertentangan,” kata politikus Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan itu.

Sejatinya terlalu sempit jika kita hanya mengurusi salah satu ormas. Bukankah lebih baik kita mengurusi bangsa yang sedang mengalami krisis di berbagai segi kehidupan yang tak berkesudahan ini. Sejak beralih dari orde baru ke era reformasi kita seperti terjebak di kubangan masalah tanpa tahu jalan keluar.

Sebagian mulai mencari jalan dengan berpatokan kepada timur. Sebagian yang lain berkiblat kepada barat, ada juga yang ke timur-tengah. Sehingga kita meninggalkan jatidiri bangsa, ideologi peninggalan para founding father. Bangsa ini sudah kehilangan jati dirinya.

Bangsa ini "tidak tahu jalan yang benar" untuk keluar dari masalah, kondisi yang terjadi justru hari ke hari makin terpuruk. Kita jangan malu atau ragu untuk mengatakan bahwa sebenarnya bangsa inilah yang sedang tersesat, bangsa inilah yang sesat.

Maka sebaiknya berhentilah saling menyalahkan satu sama lain. Kita jangan seperti penumpang kapal yang saling menyalahkan siapa yang melubangi kapal tetapi tidak segera mencari solusi agar tidak tenggelam. Marilah sama-sama berbuat untuk negeri kita tercinta. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun