Mohon tunggu...
Muhammad Nur Missuari
Muhammad Nur Missuari Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Apa yang ada di kepala, jika tak bisa diceritakan maka ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Generasi Sandwich, Si Kuat Namun Terhimpit Beban Ganda

30 Desember 2022   17:13 Diperbarui: 30 Desember 2022   21:31 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Sandwich, istilah yang banyak digaungkan di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena generasi yang sedang produktif terjerat menopang beban ganda, yaitu beban diri sendiri dan beban keluarganya serta anaknya, layaknya sandwich. Istilah ini dipopulerkan dari jurnal "The Sandwich' Generation: Adult Children of The Aging" pada tahun 1981 dipublikasikan oleh Dorothy A. Miller.

Salah satu faktor yang menyebabkan terbentuknya Generasi Sandwich yaitu perencanaan finansial. Contohnya orang tua yang tidak memiliki rencana finansial di masa tua akan menjadi beban di masa mendatang, dan ini akan berlanjut hingga ke keturunannya. 

Oleh karena itu di generasi ini kesulitan mempersiapkan dana pensiun. Selain itu juga minimnya pengetahuan tentang asuransi kesehatan, jaminan hari tua, dan investasi sebagai passive income.

Mereka yang merasa menjadi generasi ini menanggung beban fisik dan mental. Mereka berada dalam kondisi terjepit dari orang tuanya yang sudah tak berpenghasilan dan tuntutan anak yang harus dibesarkan secara layak. 

Kondisi ini mempengaruhi psikis mereka sehingga memicu stress hingga depresi. Pengeluaran bukan saja untuk diri sendiri, tapi juga untuk keperluan orang tua maupun keturunannya. Terlebih lagi merawat orang tua yang mengalami sakit, dengan biaya pengobatan yang besar, sehingga suka tidak suka, mau tidak mau, sebagai anak akan menanggung biaya tersebut.

Di sisi lain, anak dianggap sebagai investasi ampuh bagi sebagian orang. Faktor pendorongnya dari budaya lingkungan sekitar, seperti mematuhi perintah orang tua dan berbalas budi. 

Budaya ini tidak sepenuhnya salah, pun membantu hidup orang tua yang kian menua sebagai bukti bakti anak. Namun, perlahan mempengaruhi di generasi selanjutnya. Karena finansial yang tidak stabil di generasi saat ini ditanggung di generasi selanjutnya, seakan akan menjadi efek domino yang sulit diputus.

Terlebih lagi saat pandemi Covid-19 membasmi seluruh dunia, banyak pekerja yang di-layoff-kan perusahaan dengan alasan efisiensi. Sehingga pengeluaran makin bertambah besar dibanding pendapatan karena adanya 'kebutuhan tambahan' seperti layanan kesehatan saat terkena Covid-19, pendidikan anak atau keperluan kerja melalui daring, dan dana darurat yang tak kunjung terkumpul membuat generasi ini sulit untuk mencari pendapatan lain. Sehingga, demi bertahan hidup dan dapat membiayai keluarganya di masa pandemic ini harus menjual aset berharga.

Tapi, ini tidak melulu soal uang. Di pundakku ada tanggungjawab, di pelukanku memegang harap. Generasi ini tidak perlu imbalan balik karena sejatinya mereka bukan sebuah perusahaan.

Maka perlu cara mengatasi Generasi Sandwich berkelanjutan, salah satunya yaitu memperkaya literasi keuangan yang bertujuan membangun kesadaran berinvestasi untuk hari tua. Dengan mematangkan perencanaan finansial membuat generasi saat ini menuju pada kebebasan finansial. 

Selain itu, meminimalisir budaya konsumtif dan hutang agar keuangan tetap stabil, serta menambah pemasukan saat masa produktif. Seiring berjalannya waktu, bukan dana pensiun saja yang diperhitungkan, melainkan dana kesehatan, dana pendidikan anak, asuransi, liburan, membeli impian yang sudah dipupuk dari lama seperti memiliki mobil atau rumah, dan lain-lain.

Istilah 'banyak anak banyak rezeki' bisa terwujud bila orangtua punya perencanaan finansial yang matang, sehingga anak bisa fokus pada pendidikan, karir, maupun masa depannya sendiri tanpa meninggalkan orang tuanya. Menjadi Generasi Sandwich bukan pilihan yang baik, namun bisa dihindari agar tidak terkungkung dalam kemiskinan, pun pada generasi penerusnya.

Referensi:

Rari, F. P., Jamalludin, Nurokhmah, Putri. 2021. Perbandingan Tingkat Kebahagiaan Antara Generasi Sandwich dan Non-Generasi Sandwich. In Press Jurnal Litbang Sukowati vol. 6 No. 1, Nov 2022, Hal 1-13. Depok: Magister Ekonomi Kependudukan dan Ketenagakerjaan Universitas Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun