Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Kita Berkhianat pada Waktu?

10 April 2022   10:54 Diperbarui: 10 April 2022   11:04 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: letrasypoesia.com

Waktu untuk seekor belalang sembah yang bertengger di dedaunan, atau waktu paus biru di kedalaman palung, adalah soal lain lagi.

Tidak sama cara melihat waktu bagi orang yang terpaku di atas kursi kenangan dengan mereka yang berdiri di atas bahu raksasa untuk melihat jauh ke masa depan. Tidak pula sama waktu bagi seorang Zen, yang melihat detik ini adalah detik ini, tanpa kepahitan masa lalu dan kecemasan masa depan.

Kita telah diberi waktu, tapi kita adalah pengkhianat. Kita diberi waktu sekarang, tapi kita hampir tidak pernah tinggal di waktu sekarang. Pikiran kita dipenuhi data (masa lalu) dan prediksi (masa depan).

Para penjaga garis waktu, saban tahun berselisih tentang awal bulan suci. Dan para kawanan oligarki berencana melakukan muslihat guna memperpanjang waktu untuk menjilat kekuasaan.

Sedangkan Negara telah rela membayar sejuta karung uang untuk mengongkosi kelucuan dan kegaduhan ritual demokrasi, demi menciptakan waktu bagi kekuasaan yang baru, sampai ujung waktu.

Kita telah diberi waktu, tapi kita adalah pengkhianat. Kita diberi waktu sekarang, tapi kita hampir tidak pernah tinggal di waktu sekarang. Pikiran kita dipenuhi data (masa lalu) dan prediksi (masa depan).

Satu-satunya alasan yang tepat mengapa waktu harus ada bersama ruang adalah agar semuanya tidak terjadi sekaligus. Tapi pikiran kita telah menolak fungsi waktu dengan menghadirkan dunia secara serentak: dulu, sekarang, dan masa depan.

Sebagai balasan setimpal bagi semua pengkhianat adalah penderitaan. Betapa banyak yang menderita sedih, trauma bahkan gila  karena masih tinggal di masa lalu, tidak sedikit yang cemas dan menggigil ketakutan karena ramalan fakta masa depan.

Kita bisa terhindar dari derita batin, ketika kita mampu hidup di waktu sekarang. Hal ini tampak tidak adil bagi romantisme dan harapan, tapi dapat menjadi solusi bagi penderitaan, kepada mereka yang gagal mengambil sisi positif dari waktu.

Derita bentuk lain adalah orang-orang yang merasa selalu kehabisan dan dikejar waktu. Padahal seperti kata Leonardo da Vinci, waktu akan berdiam cukup lama bagi orang-orang yang benar-benar menggunakannya. ~ MNT

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun