Kita dikutuk untuk apa yang disebut sebagai human error, mereka mampu membebaskan kutukan ini. Dunia semakin paradoks. Kemanusiaan kita akan diasuh oleh ciptaannya sendiri.
Yuval seperti menikmati pembajakan dirinya. Sebagai contoh bahwa kita tak lagi bisa bersembunyi. Mereka mengantungi semua aib kita. Jika itu ingin disebut aib, atau seluruh kebutuhan kita.
Apa yang muncul di layar telepon pintar kita, itu bukan kebetulan. Bila kita butuh dan menikmati peretasan ini, sebenarnya kita telah menyerah. Retorika seperti manusia super atau manusia meta akan makin terdengar sayup-sayup.
Kita akan mungkin malas menegakkan sisi kemanusiaan kita, ketika ada jalan pintas di depan sana. Manusia-manusia renaisans akhirnya punah, ada manusia-manusia di belakang layar yang sedang menghidupkan mesin peretas (algorithm hacker)Â terus menerus, mesin yang akan menggantikan seluruh kita. Memecat kemanusiaan kita. Ini tidak main-main.
Siapa manusia yang telah kita puja seumur hidup, mereka akan mencetak kelipatannya. Mereka bisa mendatangkan tepat di depan hidung kita gabungan dua polar antara Albert Einstein dan Rabindranath Tagore, atau genius Leonardo da Vinci dan Michelangelo. Mungkin Madonna dan Ariana Grande. Bisa pula Hang Tuah dan Hang Jebat? Asal ada salinannya.
Artinya bila para tradisionalis tak berhenti memuja leluhurnya, mereka bahkan dapat membuat paket yang jauh lebih sempurna.
Dan bila kita sudah menjejak level tertinggi pencapaian akademis berpuluh tahun serta talenta tiada dua, suatu saat sembarang orang yang tak pernah melihat papan tulis, bisa ditanamkan seluruh kecerdasan Nikola Tesla (siapapun) ke dalam kepalanya dalam hitungan jam. Bisa pula dipasangkan kekuatan super ke dalam tubuhnya.
Kita berakhir sebagai pekerja keras yang tidak kemana-mana dan terpaku dalam mitos-mitos yang kita imajinasikan sendiri.
Kita gembira sendirian dalam wadah sempit, tinjauan pendek dan repetisi seumur hidup, padahal kita semakin menjadi objek dari komputer kuantum, diungkai menjadi bagian dari himpunan algoritma global, diutak-atik, diseleksi, lalu menjadi objek yang tidak relevan untuk ikut serta dalam mengatasi atau justru menjadi penyebab ancaman global.
Kemanusiaan kita sedang dipermainkan? Keagungan kita sebagai kalifah bumi sedang dijadikan marmut percobaan? Apakah ini ancaman? Apakah sepenting ini memikirkan derajat kita?
Telah diwariskan bumi hijau dan langit biru kepada kita. Kita membakarnya. Kita bergotong royong untuk mengoyak lapisan ozon. Hari-hari ini kita sedang dalam hitungan mundur perubahan iklim yang mencairkan gunung es. Menenggelamkan kota-kota pantai dan segala akibat pemanasan global.