Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Otak Kita Telah Diretas, Inikah Senjakala Humanisme?

11 November 2021   13:20 Diperbarui: 24 November 2021   09:24 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: marketingmag.com.au

Kita dikutuk untuk apa yang disebut sebagai human error, mereka mampu membebaskan kutukan ini. Dunia semakin paradoks. Kemanusiaan kita akan diasuh oleh ciptaannya sendiri.

Yuval seperti menikmati pembajakan dirinya. Sebagai contoh bahwa kita tak lagi bisa bersembunyi. Mereka mengantungi semua aib kita. Jika itu ingin disebut aib, atau seluruh kebutuhan kita.

Apa yang muncul di layar telepon pintar kita, itu bukan kebetulan. Bila kita butuh dan menikmati peretasan ini, sebenarnya kita telah menyerah. Retorika seperti manusia super atau manusia meta akan makin terdengar sayup-sayup.

Kita akan mungkin malas menegakkan sisi kemanusiaan kita, ketika ada jalan pintas di depan sana. Manusia-manusia renaisans akhirnya punah, ada manusia-manusia di belakang layar yang sedang menghidupkan mesin peretas (algorithm hacker) terus menerus, mesin yang akan menggantikan seluruh kita. Memecat kemanusiaan kita. Ini tidak main-main.

Siapa manusia yang telah kita puja seumur hidup, mereka akan mencetak kelipatannya. Mereka bisa mendatangkan tepat di depan hidung kita gabungan dua polar antara Albert Einstein dan Rabindranath Tagore, atau genius Leonardo da Vinci dan Michelangelo. Mungkin Madonna dan Ariana Grande. Bisa pula Hang Tuah dan Hang Jebat? Asal ada salinannya.

Artinya bila para tradisionalis tak berhenti memuja leluhurnya, mereka bahkan dapat membuat paket yang jauh lebih sempurna.

Dan bila kita sudah menjejak level tertinggi pencapaian akademis berpuluh tahun serta talenta tiada dua, suatu saat sembarang orang yang tak pernah melihat papan tulis, bisa ditanamkan seluruh kecerdasan Nikola Tesla (siapapun) ke dalam kepalanya dalam hitungan jam. Bisa pula dipasangkan kekuatan super ke dalam tubuhnya.

Kita berakhir sebagai pekerja keras yang tidak kemana-mana dan terpaku dalam mitos-mitos yang kita imajinasikan sendiri.

Kita gembira sendirian dalam wadah sempit, tinjauan pendek dan repetisi seumur hidup, padahal kita semakin menjadi objek dari komputer kuantum, diungkai menjadi bagian dari himpunan algoritma global, diutak-atik, diseleksi, lalu menjadi objek yang tidak relevan untuk ikut serta dalam mengatasi atau justru menjadi penyebab ancaman global.

Kemanusiaan kita sedang dipermainkan? Keagungan kita sebagai kalifah bumi sedang dijadikan marmut percobaan? Apakah ini ancaman? Apakah sepenting ini memikirkan derajat kita?

Telah diwariskan bumi hijau dan langit biru kepada kita. Kita membakarnya. Kita bergotong royong untuk mengoyak lapisan ozon. Hari-hari ini kita sedang dalam hitungan mundur perubahan iklim yang mencairkan gunung es. Menenggelamkan kota-kota pantai dan segala akibat pemanasan global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun