Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lalu Siapa Tuhan Alien?

8 September 2021   18:38 Diperbarui: 25 Juli 2022   08:27 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: .joblo.com

Beberapa ahli mulai takut, upaya membuat kontak dengan alien akan membahayakan bumi. Alien sebagai tetangga kosmik kita, bisa berperangai seperti Hernan Cortes dari Spanyol, yang sopan pada awalnya sebelum Aztec dihancurkan.

Ketakutan itu muncul setelah NASA belakangan ini makin aktif menyelidiki UFO. Departemen Pertahanan AS yang berhasil merekam UFO, menampilkan klip yang mengejutkan dan segera menjadi berita utama di seluruh dunia.

Obyek terbang itu disebut memiliki kecepatan dan arah yang tidak mungkin untuk penerbangan buatan manusia.

Telah sejak lama atmosfer bumi dihinggapi fenomena udara tak dikenal sebagai UFO (Unidentified Flying Object). 

Makin hari perbincangan soal piring terbang tak lagi dianggap sebagai bualan teori konspirasi. UFO telah masuk ke domain sains fisika antariksa dan secara khusus dikaji dalam ufologi.

CNN melaporkan tentang John Greenewald yang menghabiskan hampir 20 tahun untuk meneliti UFO. Ia juga tanpa henti berusaha untuk meminta data soal benda tak dikenal itu melalui lembaga Freedom of Information Act.

Usahanya berhasil, dan kini data tersebut dipublikasikan melalui Arsip Nasional Washington D.C. Greenewald menyatukan seluruh data yang ia dapat ke dalam buku digital setebal 129.491 halaman.

Dinamakan Project Blue Book Collection, data itu terdiri lebih dari 10 ribu kasus, ditarik dari tiga studi Angkatan Udara AS yang terpisah, di antaranya Project Sign (1947-1948), Project Grudge (1949-1951), dan Project Blue Book (1952-1969).

Soal kecemasan akan efek kontak dengan UFO ini telah banyak dikatakan. Salah satunya oleh Astronom Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI) Joe Gertz.

Upaya untuk berkomunikasi dengan alien menurutnya dapat memicu bahaya yang sembrono bagi seluruh umat manusia.

Seorang fisikawan terkemuka, Michio Kaku, mengatakan bahwa tanda-tanda kehidupan alien atau makhluk luar angkasa akan ditemukan dalam abad ini, tetapi berusaha melakukan kontak dengan mereka adalah ide buruk.

Pertanyaannya, jika alien benar ada, apa agama mereka? Apa mereka membangun tempat ibadah? Pernahkah seorang nabi turun di sana? Tuhan seperti apa yang mereka sembah? Apakah mereka berhari raya?

Jika alien tidak ada, maka kita harus mengatakan bahwa Tuhan telah sangat mubazir menciptakan keseluruhan jagat raya tanpa tepi ini, jika hanya ada sebutir super debu kosmos (super untuk menyebut saking kecilnya) bernama bumi untuk tempat berdiam penyembahnya.

Itu pun tidak ada agama yang jumlah penganutnya dominan. Artinya Tuhan disembah dengan probabilitas berkisar antara 1 hingga 30 persen. Ketika agama-agama mulai tumbuh di tempat asalnya, probabilitas Tuhan barangkali hanya berkisar 1 persen.

Menerima postulat bahwa ada makhluk asing yang sedang memasuki atmosfer bumi sama artinya dengan mengatakan bahwa Tuhan bukan Sang Super Kosmos yang mubazir.

Bahwa bumi ternyata bukan only kid on the block. Tuhan juga menciptakan planet lain sebiru bumi untuk tempat kehidupan.

Stephen Hawking tak mau rumit soal ketuhanan. Bahkan baginya alien itu lebih mendekati fakta ketimbang ada Tuhan yang mengatur seluruh kosmos, lalu hanya butuh pengakuan dari entitas yang terlalu kecil di planet bumi.

Dalam sebuah film dokumenter yang berjudul Into the Universe With Stephen Hawking, dia bahkan mengklaim bahwa alien itu nyata, dan terlalu berisiko bagi manusia untuk bercakap-cakap dengan mereka.

Fenomena antariksa dan makhluk lain berperadaban tinggi yang menunggangi UFO harus kita terima sebagai memori kolektif, meski menolaknya sebagai fakta (dengan mengabaikan lebih dari 10.000 kasus, dan kasus lainnya yang tak terungkap).

Yang dirisaukan adalah alien akan bertabiat sebagai predator penjelajah atau paling tidak serupa Columbus saat menemukan Amerika, mengambil alih bumi dan melakukan genosida.

Sebelum itu terjadi, sayangi dan syukuri bumi yang telah memberi air, makanan dan udara kepada kita. Bila ada entitas lain yang berhasil dengan susah payah menuju bumi, itu artinya bumi yang kita rusak dan kotori selama ini dengan sederet isu pemanasan global dan kekacauan ekologi, amat berharga bagi mereka.

Kita tentu berharap ada nabi atau pembawa pesan Tuhan yang juga turun di planet para alien, untuk mengajarkan kebaikan dan nilai-nilai universal. Sehingga kedatangan mereka hanya kunjungan damai, bukan dengan bendera perang dan lonceng kematian.

Bagaimana bila mereka datang dengan tuhan lain, memaksa kita untuk menyembah tuhan mereka, atau ditembak dengan senjata laser.

Atau justru mereka sendiri yang mengaku sebagai "tuhan" (dalam sejumlah teori konspirasi bahwa manusia adalah eksprimen genetika dari alien). Ada-ada saja. ~MNT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun