Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Perang dan Bisnis Senjata

27 Agustus 2021   14:59 Diperbarui: 16 September 2021   20:07 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: mwi.usma.edu

Tak terhitung prajurit mati sia-sia dan tersiksa oleh trauma perang, untuk melayani selera barbar para tiran dan demi mempertahankan ego sakit mereka.

Alfred Adler (1870-1937), seorang psikiater dari Austria yang lahir di zaman perang mendefinisikan perang sebagai pembunuhan terorganisasi dan penyiksaan terhadap saudara-saudara sendiri.

Bahkan Sun Tzu, seorang panglima jenderal militer China yang dianggap genius itu mengakui, tidak ada contoh negara yang diuntungkan dari perang berkepanjangan. Sun Tzu menjadi salah satu Bapak dari filsafat perang sekaligus pelaku utama.

Filsafat Perang adalah basa-basi, yang seharusnya semu, hanya sebagai pembenaran sejarah. Perang seolah-olah dibenarkan yang harusnya berbenturan dengan filsafat moral.

Maka muncullah Carl Philipp Gottfried, seorang jenderal dan ahli teori militer Prusia yang menekankan moral dan aspek politik perang. Karyanya yang paling terkenal, Vom Kriege (On War), belum selesai pada saat kematiannya.

Clausewitz adalah seorang realis dalam banyak pengertian yang berbeda dan, sementara dalam beberapa hal romantis, juga sangat menarik pada ide-ide rasionalis dari Pencerahan Eropa.

Filsafat Perang umumnya tidak bermaksud mencegah perang, hanya bekerja untuk memeriksa isu-isu seperti penyebab perang, hubungan antara perang dan sifat manusia, serta etika perang.

Filsafat ini lahir pada zamannya, seharusnya sudah dihapus karena unfaedah. Sehingga satu-satunya cara masuk akal untuk membasmi perang dan penindasan adalah stop semua produksi senjata dari atas muka bumi.

Perang menghanguskan, menghancurkan dan membantai. Tidak ada satu pun manusia berakal sehat merasa mendapat kegembiraan darinya, kecuali para ahli biologi evolusioner yang menolak agresionisme karena mendukung kepunahan, serta semua sekte psikopat dan konspirasi jahat yang menginginkan kepunahan selektif (saya tidak berbicara dalam konteks radikalisme yang mengatasnamakan agama).

Selain para pendukung teori kepunahan, tentu saja yang paling diuntungkan adalah kapitalisme senjata. Mereka siap melayani kedaifan umat manusia sepanjang sisa waktu dunia, asal ongkosnya sesuai. Kata Cicero, uang adalah otot dari perang.

Dalam laman Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) Arms Industry Database terdapat daftar 100 perusahaan dunia teratas penyedia senjata berdasarkan jumlah penjualan tahunan dari 2002 hingga 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun