Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ra(ksa)sa Sakit

30 Juni 2021   11:04 Diperbarui: 12 Agustus 2021   17:21 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang satu ini pula. Dia adalah bagian dari enam generasi yang mewarisi pelbagai penyakit degeneratif parah. Sejak lahir pemuda ini sudah menderita asma bronkial yang disebabkan pembengkakan selaput lendir dengan sekresi yang akut. Ia juga rabun dan tulang-tulangnya begitu rapuh.

Perkembangan fisiknya terganggu. Tubuhnya kecil, pucat dan kerempeng. Penderitaannya dilengkapi dengan kaki kurus, mata biru lebam dan rambut berpasir.

Giginya menonjol, ortodontik dan akan disembunyikan dengan kumis walrus di kemudian hari agar ia bisa nyaman mendekati wanita muda.

Andai tidak ada raksasa yang mengamuk di dalam tubuhnya, maka ia hanyalah pria ceking tukang batuk di atas kursi roda dengan kacamata bulat setebal alas botol, di mana orang-orang akan memaklumkan kondisi itu.

Tapi ia kemudian dikenang sebagai inspirator Teddy Bear, ia juga merangkap sebagai Presiden Amerika Serikat terbaik sepanjang masa dan menjabat dua kali. Dia adalah Theodore Roosevelt yang berbadan tegap dan atlet pilih tanding.

Sambil menanggung rasa sakit parah dan setengah buta, Nietzsche menulis maha karyanya dalam bentuk narasi-alkitabiah, Thus Spoke Zarathustra dan buku-buku lain yang memengaruhi generasi filsuf, novelis, dan psikolog.

Nietzsche sangat logis untuk tergeletak begitu saja di atas ranjang kematiannya dan berakhir sebagai orang biasa.

Tapi, Nietzsche seperti orang sekampungnya Beethoven, akan bertahan tetap hebat dalam batas terakhir derita yang dapat ia tanggung. Ia kemudian dicatat sebagai cendekiawan klasik, penyair, dan filsuf, dan salah satu pemikir modern paling berpengaruh.

Bagaimana dengan kita, apakah kita punya raksasa yang bisa diaktifkan, ketika penyakit itu datang. Bahkan kita tidak punya raksasa itu. Kita membunuhnya sejak menaruh mimpi kita hanya setinggi atap rumah. Kita segar bugar, tapi bukan siapa-siapa. Jangan, setidaknya jadilah setengah Beethoven. Seperempatnya?! ~mnt

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun