Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Kenal Tuhan Langit, Akankah Mereka di Neraka?

13 Februari 2021   12:00 Diperbarui: 25 Juli 2022   08:27 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aboriginal People: theconversation.com

Tapi bukankah dogma selalu berada di atas rasionalitas? Kita menjadi ambigu, suatu waktu epistemik di lain waktu dogmatik. Karena iman dan sains lebih selalu memunggungi. Saintis Barat kerap menuding argumentasi ilmiah yang disodorkan agama sebagai pseudo sign. Kita tak peduli, kita telah gugup sejak pertama dalam upaya penyelamatan egois terhadap siksa neraka dan imaji bidadari surga. Melampaui kecintaan kepada Tuhan.

Seperti pikiran primitif kita yang percaya langit selalu di atas, demikian pula kita menilai Tuhan. Tuhan di mata kita adalah Tuhan parsial, Tuhan sektarian, bahkan Tuhan partisan. Bagi kita, Tuhan dengan daya mahakuasa (omnipotent) dan maha cerdas (omniscient) telah menciptakan seluruh umat manusia, lalu bergabung kepada sekolompok kecil saja, yang terus kita bagi menjadi racikan terkecil calon penghuni surga. Agama kita  lalu dipenuhi kontestasi, selebrasi dan alienasi.

Dalam upaya merengkuh surgaNya, kita memenuhi teori gen egois Richard Dawkins, bahwa telah berlangsungnya seleksi dan kompetensi antargen untuk tetap eksis dan meneruskan (ke dimensi akhirat).

Suatu waktu kita merasa paling humanis, tapi tak pernah peduli dengan anak Adam lainnya di pulau Tasmania, atau Aztec, Inca dan Maya di belantara Amazon atau apapun yang terisolasi. Kita "masuk" surga, sedang mereka dipanggang di neraka, karena tak sampai ayat- ayat langit kepada mereka.

Mereka sejak Adam, telah jauh terisolasi ribuan kilometer dari kronologi kenabian yang hanya berpusat di lokus-lokus bangsa Semit. Sepanjang ada, mereka diasuh agama-agama antropologis. Lalu dengan egois kita bergumam, siapa suruh mereka terlahir dari rahim penyembah api, pohon, batu, atau matahari?  Dengan logika iman kita akan berpikir, iblis telah melakukan pekerjaan sia-sia untuk umat ini, tanpa digoda pun sudah pasti masuk neraka. ~MNT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun