Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Andai Kita Menunggangi Cahaya

1 Juli 2019   10:26 Diperbarui: 3 Juli 2019   18:01 1754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: lh3.ggpht.com

Dunia memang selalu tampak aneh. Ada keanehan yang dibuat-buat dan bisa ditebak. Ada keanehan kronik dan menahun yang diacuhkan atau dipelihara. Ada keanehan super dan mengejutkan. Ada pula keanehan-keanehan yang sebetulnya tidak aneh tapi kita terlanjur terheran-heran. Kita yang terheran-heran itu adalah bentuk keanehan lain pula, karena mengapa bisa terheran-heran.

Kita lahir dalam keadaan aneh dan diselubungi keheranan. Seorang balita melihat heran ke arah lalat yang bisa terbang. Lalat itu lebih heran lagi, melihat anak manusia dan seluruh manusia bergerak sangat lamban. Seperti The Flash melihat orang-orang di sekitarnya menjadi slow motion. Semakin cepat, semakin manusia tampak tak bergerak meskipun sebenarnya ia sedang berlari.

Lalat punya waktu satu minggu untuk mati. Waktu satu minggu bagi lalat barangkali sama dengan beberapa tahun bagi manusia, karena konsep waktu adalah relativitas. Sehingga lalat bergerak dan melakukan aktivitas dengan sangat cepat. 

Bagi lalat itu tidaklah cepat, dan biasa saja sederhananya seperti seorang multitasking yang memadatkan waktu satu jam untuk 10 aktivitas, ketika manusia lainnya hanya berkutat pada satu aktivitas. Lalat-lalat memadatkan waktu tanpa mereka sadari.

Cahaya memiliki kecepatan 300.000 kilometer per detik dan mengandung konsekuensi logis pada banyak dimensi. Fisikawan George Gamow seperti kata Carl Sagan dalam Kosmos meminta kita membayangkan cahaya hanya memiliki kecepatan sangat rendah, 40 kilometer per detik, untuk memungkinkan manusia mampu menciptakan kendaraan secepat itu. 

Ketika manusia telah sejajar dengan kecepatan cahaya, maka dunia akan terlihat ganjil, semua tampak termampatkan dalam satu jendela lingkaran yang amat kecil dan tetap berada di depannya.

Semua yang tampak aneh dan membingungkan dalam prediksi sains itu ternyata benar adanya, karena teori relativitas dapat dibuktikan dengan matematika sederhana dan bukan ilusi optik. Kecepatan adalah jarak dibagi waktu dan menurut Albert Einstein, setelah sejajar dengan kecepatan cahaya, itu -sepertinya- akan menjadi kecepatan yang terakhir.

Dengan demikian secara sains, Einstein dapat menjelaskan apabila seseorang menunggangi cahaya atau setara dengan kecepatan cahaya, ia hampir tidak bertambah tua sama sekali. 

Ini terbukti dengan jam super akurat di dalam pesawat yang akan melambat dibandingkan dengan jam diam, dan terus melambat atau hampir berhenti ketika kecepatannya mendekati laju cahaya. Kapan? hanya ketika ia mampu mengelilingi bumi tujuh kali dalam sedetik. Itu setara kecepatan cahaya.

Melewati satu perjalanan relativistik menunggangi cahaya, dalam beberapa jam, seseorang akan kembali ke bumi dan terheran-heran melihat rekan sebayanya telah menua berpuluh-puluh tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun