Astrologi dan astronomi sama-sama berasal dari ilmu membaca langit malam di antaranya mulai dipelajari oleh Ptolemaeus, yang bekerja di perpustakaan Alexandria pada abad ke-2 Masehi. Astrologi kemudian memisahkan diri dari sains dan menempuh jalur mistik, membaca nasib melalui pergerakan rasi bintang.
Dalam sejarah manusia bumi sebagai debu kosmik, langit malam terus dipelajari setelah usai zaman primitif, kemudian memasuki era mitologi, lalu filsafat, agama dan terakhir sains. Sebagai Theis atau umat beragama, kekuatan sains astronomi akan memperkukuh keimanan kita bahwa Tuhan pencipta sepenuh kosmos sebagai Maha Besar.Â
Bukan malah sebaliknya, begitu banyak saintis yang memeluk atheis setelah logika sains-nya  menolak Tuhan yang disembah di debu kosmik mampu menciptakan keseluruhan kosmos yang maha luas.
Kini miliaran umat Muslim bertafakur di sepanjang malam Ramadan. Inilah Tulang Punggung Malam yang dinanti para perindu surga dan pecinta al Qur'an. Memuji keagungan Sang Pemilik Kosmos, ketika Dia mengirimkan ribuan malaikat-Nya ke langit dunia di malam Lailatul Qadar. Â Marhaban ya Ramadhan. ~MNT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H