Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Benang Tipis antara Golput dan Idiot

17 Maret 2019   09:25 Diperbarui: 22 Maret 2019   09:33 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita juga mengenal vox populi vox dei istilah Latin yang merujuk kepada suara. Mengapa proses memilih dikaitkan dengan suara, barangkali berkelindan dengan embrio demokrasi tempo kuno yang melakukan pemilihan dengan cara berteriak khas Spartan yang pemarah, lalu dikoreksi Aristoles dengan sistem mengundi yang tertib.

Athena adalah kuntum yang tepat bagi mekarnya demokrasi. Lokus paling ideal agar demokrasi menjadi efektif adalah negara kota, dengan setiap warga yang sangat beriya-iya untuk menjadi bagian yang menentukan masa depan negaranya.

Namun kesenangan bernegara tidak seluruhnya menjadi kehendak bebas, karena ada stigma bagi mereka yang tak peduli. Di Athena kuno, warga yang tak mau berpartisipasi dalam masalah publik disebut sebagai idiotes. Istilah idiotes pada zaman ini mendapat peyoratif yakni idiot: semacam ketololan tingkat cacing.

Idiotes di Athena kuno adalah juga para golongan putih yang kita kenal dengan akronim golput. Di zaman ketika derajat Steve Jobs terangkat menjadi dewa, kaum Idiotes pun menjadi fenomena kelas eksekutif. Di antara benang pemisah yang tipis antara idiotes dan idiot, terselinap rasa bangga sebagai kelas berpikir yang penuh selidik.

Jika tak juga ada pilihan yang memenuhi ekspekstasi jelang Hari H Pemilu, maka idiotes akan memulai rencana B: melipat tangan mereka sembari menonton dengan tatapan kosong orang berduyun-duyun menuju kotak suara. Padahal surat suara yang mereka biarkan kosong berpotensi mengundang banyak kemungkinan yang jauh lebih buruk.

"Sungguh bodoh mereka, yang tak mengetahui bahwa karena mereka tak mau tahu politik, akibatnya adalah pelacuran, anak terlantar, perampokan dan yang terburuk, (adanya) korupsi dan perusahaan multinasional yang menguras kekayaan negeri," demikian Bertolt Brecht, penyair dan dramawan Jerman. ~MNT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun