Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Begini Ocehan Penulis Ketika Sedang Buntu: Culdesac!

11 Maret 2019   14:46 Diperbarui: 12 Maret 2019   12:27 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel ini ditulis dalam keadaan buntu. Deadline itu bagi seorang kolumnis bagai lonceng kematian. Kau tahu Dementor? makhluk supranatural penjaga Penjara Azkaban paling menakutkan dalam Harry Potter. Sosok itu sedang di sini sekarang. Seolah siap merengkuh penulis-penulis kehabisan ide macam aku. Culdesac!   

Apa lagi yang mau ditulis, aku sudah tumpah. Cawan ini terlalu kecil. Penulis butuh recharge, agar otaknya kembali normal. Dengan cara apa? Sedangkan Dementor sudah berada tepat di wajahku. Ia menatap tanpa biji mata. Setidaknya kau pernah dengar, makhluk hitam ini dicipta untuk menghisap segala kenangan kegembiraan dan kebahagiaan seseorang, lalu mati dalam ketakutan. Ketakutan gagal menulis kolom. Culdesac!

Aku butuh ide. Ide-ide yang dibagi di lini masa, bukannya membuat otakku ngembang malah jadi ciut. Dalam lini masa, yang baik-baik untuk ide sudah hanyut bahkan tenggelam dalam samudra kebencian dari orang-orang yang sudah diisap Dementor duluan.

Apa itu Kaum Bumi Datar, Sumbu Pendek, Bani Serbet Taplak Mendadak? Semakin aku pikirkan, semakin buntu. Berharap kedua pihak tidak dijadikan alat perang Proxy antara poros Washington dan Beijing, yang terkekeh dari kejauhan misalnya. Apakah akan muncul ide dari sini? muak dan tentu saja: culdesac.

Oya, aku masih punya setumpuk buku, mungkin saja ada ide di sana. Tapi apakah akan berhasil. Secara aku mengoleksi buku berdasarkan tingkat keanehannya, bukan pada kepopulerannya. Buku macam Crazynomics, The Black Swan, How to Succees in Business Without a Penis atau Codex Seraphinianus, ide populer apa yang bisa muncul dari sini? Paling-paling hanya ingin menegaskan diriku sebagai: Penulis dengan Otak Terbalik.  Ngaji senget, kata temanku, penyair Ramon Damora. Culdesac!

Tetiba di WhatsApp Group Negeri Katakata (Group para Penulis), Fatih Muftih-sastrawan belia berwajah Socrates muda-meminta guru spritualnya Hasan Aspahani, sesama "Socrates" menyebutkan lima nama-nama ikan. Ups! maksudnya lima novel yang wajib dibaca. Dengan syahdu dan mantap jiwa, Hasan menyebut judul: Bumi Manusia, Godfather, Max Havelaar, Silence of The Lamb dan Supernova.

Kemudian Sang Inspirator Rida K Liamsi dengan gagah perkasa bersabda tentang: Pride and Prejudice, Lolita, Roma, The Magic Strings of Frankie Presto dan The Wolf of Wall Street, masing-masing lengkap dengan nama pengarangnya. Begitu seterusnya, beberapa orang menyebut lima novel favorit mereka. Aku mati gaya karena tak pernah menghabiskan satu novel pun-untuk dijadikan ide tulisan-kecuali The Boy in the Striped Pyjamas.

Profesi penulis betul-betul jalan lengang berkabut. Semasa kecil dulu, profesi ini unknown. Pada skala 1 sampai 10, profesi dokter, astronot, pilot dan pedagang buah-buahan selalu ada di urutan teratas, sedangkan profesi penulis bukan di urutan ke 10, tidak ada dalam daftar. Tapi jangan anggap enteng penulis-maksa mode on-setidaknya mereka punya kemampuan determinasi menghadapi tekanan dan deadline. 

Proses lahirnya tulisan adalah sangat rigit waktu. Seorang penulis berkelahi dengan masa untuk menemukan isu, menganalisis dan menerbitkan tulisan. Penulis juga harus punya positioning, kalau selalu menulis di luar kotak, maka harus tetap di luar kotak, jangan terseret pada isu-isu mainstream. Inilah yang sedang menimpaku sekarang. Aku disesak Culdesac!

Dari tapi culdesac.. culdesac! Apa itu? Dalam kecepatan pencarian 0,94 detik, Pak Cik Google berhasil mengumpulkan sekitar 52.100.000 hasil yang menjawab apa itu culdesac. Terjemahan bebasnya begini: culdesac adalah sebuah kata serapan yang berasal dari frasa Bahasa Katala yang mengacu pada buntu atau jalan tertutup. Kata culdesac telah menginspirasi penggunaannya sebagai metafora dalam sastra dan budaya.

Meskipun seakan menjadi frasa pinjaman dari Prancis, ekspresi culdesac berasal dari Inggris selama periode ketika Bahasa Perancis dituturkan oleh para bangsawan Inggris. Dalam Bahasa Katala atau Bahasa Occitan, culdesac secara harfiah berarti dasar tas, tapi secara metafora juga berarti berhenti sejenak atau lupakan lalu kembali melanjutkan. ~MNT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun