Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Xenofobia Trump dan Utopia Amerika

14 Januari 2019   12:18 Diperbarui: 18 Januari 2019   20:10 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump (Foto: sputniknews.com)

Yang perlu dipahami adalah, upaya membudakkan bangsa Afrika atau Negro bukan atas tujuan kebencian ras, tapi semata demi mendapatkan biaya faktor produksi super murah ketika mesin kapitalisme sedang berkobar-kobarnya. Ingat, orang Indian yang cerdas tak kan sudi menjadi pekerja paksa.

Lalu bagaimana ceritanya, Donald Trump bisa serasis ini? Kebenciannya kepada bangsa Hispanik tak pernah turun dari  puncaknya. "Di California, seorang veteran Angkatan Udara diperkosa, dibunuh, dan dipukuli dengan palu hingga tewas oleh seorang asing ilegal dengan sejarah kriminal yang panjang," kata Trump dalam pidato pertamanya dari kantornya, Oval Office, di Gedung Putih, Selasa, 8 Januari 2019 malam waktu setempat atau Rabu pagi waktu Indonesia.

Trump berusaha menarik simpati warganya agar mendukung pembangunan tembok perbatasan dengan Meksiko. Ia menyebut beberapa contoh pembunuhan sadis warga Amerika yang diduga dilakukan oleh imigran ilegal. Pidato presiden itu langsung diserang oleh Juru Bicara Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi dan Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer dari Partai Demokrat.  

Sebagai perlawanan, Trump  melakukan upaya membatasi pelayanan yang dikenal sebagai US Government Shutdown. Dia  menolak usulan anggaran dari DPR AS yang tidak mencatumkan alokasi USD 5 miliar dana untuk pembangunan tembok perbatasan yang ia minta. Kondisi tersebut menyebabkan sebagian lembaga federal AS harus tutup sejak 22 Desember lalu.  Sekitar 800.000 pekerja sejak saat itu dirumahkan atau bekerja tanpa dibayar.

Trump menciptakan paradoks. Oleh lawan politiknya Trump mungkin dituding rasis, tapi berkaca kepada trauma sejarah dan tahun-tahun tersulit demi menghadirkan utopia Amerika, xenofobia menjadi hal yang wajar. Negara-negara Latin terutama Meksiko mestinya mulai belajar fokus pada peningkatan peradaban dan kesejahteraan publik ketimbang hanya menjadi beban pikiran tetangga sebelah.  ~MNT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun