Demikian pula angka, bukan hanya suatu sistem lambang yang menyuratkan bilangan, tapi juga adalah simbol fakta yang dapat diukur, dirumuskan dan di-eksaktakan. Peristiwa dan fakta yang diaksarakan akan mudah ditemukan dalam ingatan kolektif manusia.
Para ahli membagi ingatan jangka panjang menjadi ingatan episodik dan ingatan semantik. Ingatan episodik adalah ingatan tentang peristiwa-peristiwa, sedangkan ingatan semantik adalah ingatan atau pengetahuan tentang fakta-fakta.
Ingatan episodik akan memborong sebuah teori kebenaran, ketika manusia mulai enggan mempertanyakan fakta atau angka yang menjadi parameternya. Fakta peristiwa tentang kemiskinan di suatu negara misalnya, tidak bisa diselimuti oleh fakta angka yang berasal dari utak atik data statistik.
Tidak sebangunnya aksara dan angka sudah terpampang lama di halaman sejarah dunia dengan apa yang kita sebut Ilusi Dolar. Ilusi Dolar telah memenuhi hampir semua permukaan bumi, yang membuat begitu banyak ekonomi negara-negara terhegemoni.
Mereka hanya menyuarakan dan mengaksarakan pencitraan Dolar Amerika setara dengan emas (as good as gold). Hingga kemudian tertanam kuat dalam ingatan episodik masyarakat dunia bahwa Dolar adalah hard currency yang setara emas, sedangkan tidak ada ingatan semantik yang sudah membuktikan itu.Â
Aksara dan angka bukan semata sistem simbol visual yang tertera pada kertas maupun media lainnya. Aksara dan angka yang kita susun hari ini akan menjadi ingatan kolektif di waktu hadapan. Mestinya tidak ada satu huruf dan angka pun yang tersia-sia atau bahkan menjadi elemen perusak. ***