Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Berhentilah Bicara Lain Jika yang Satu Ini Tidak Selesai

9 September 2018   10:50 Diperbarui: 22 Oktober 2018   08:09 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.cdn.com

Sebuah negara yang dibangun tanpa landasan kecerdasan dan pengetahuan tak ubahnya seperti istana pasir. Memetik Yudi Latief, ada semacam ilusi bahwa tindakan bisa dijalankan secara benar tanpa pemikiran yang benar.

Gelombang anti-intelektualisme ini sebagian merupakan arus balik dari pengkhianatan intelektual karena desakan kebutuhan para elit di lingkar istana. Menyusul semakin permisifnya jalan pintas menggapai kekuasaan di tengah kelemahan publik membaca gejala-gejala.

Membangun negara harus melalui cara bagaimana kedaulatan menyatakan dirinya dalam bidang pengetahuan. Negara dapat dipandang sebagai mesin pengumpul kecerdasan (intelligence gathering machine).

Dalam kaitan ini, mestinya negara cerdas dan fokus kepada kesejahteraan masyarakat, bukan malah menyusun premis-premis kocak-dangkal untuk membangun silogis bahwa kita sudah berada di track yang benar.

Kita telah lama memasuki zaman kelupaan, bahwa tindakan kebijakan yang berada di luar garis welfare state hanyalah kegagalan, apapun alasannya. Mestinya semua ikut nyinyir ketika welfare state makin tak menemukan pijakannya, kecuali UUD 1945 yang mengamanatkan soal itu telah terhapus.

Seperti diingatkan Lyndon B Johnson: tugas terberat seorang pemimpin bukanlah mengerjakan apa yang benar, melainkan mengetahui apa yang benar. Tanpa pengetahuan yang benar, ketangkasan bertindak hanya akan mempercepat kegagalan.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun