Tugas kita yang di bawah sini adalah mesti selalu awas, ketika kumpulan rubah sedang menunjukkan minatnya untuk memperpanjang umur unggas yang menjadi santapannya. Tugas kita bukan berdebat dan mengagung-agungkan orang lain yang kita junjung, dalam politik bahkan tokoh sekelas nabi pun bisa diciptakan.
Yang kita perlu waspadai ketika para pengepung istana melaksanakan strategi ghost protocol atau ketika kekacauan tidak bisa ditebak siapa pelakunya dan demi apa, sementara kita telah larut dengan narasi-narasi yang bertolak belakang dengan fakta di bawah permukaan.
Filsafat dan politik akan menjadi dua hal yang kontra ketika politik yang dijalankan semata-mata demi kekuasaan. Filsafat adalah pemahaman tentang kenyataan yang diperoleh secara logis, kritis, rasional, ontologis dan sistematis. Sedang politik terlihat seperti gimmick, trik dan intrik.Â
Para filsuf era modern mulai Thomas Hobbes, Machiavelli, John Locke, Jean-Jacques Rousseau, John Rawls, serta Jurgen Habermas telah memikirkan supaya politik bisa dijinakkan dengan filsafat, lalu kita mengenal istilah Filsafat Politik.
Ini akan menjawab masalah-masalah bertema kebebasan, keadilan, hak milik, hukum, pemerintahan, dan penegakan hukum oleh otoritas yang dapat dijalankan di luar Cetak Biru. Namun akan selamanya sulit diwujudkan ketika para penghuni Istana Negara bukanlah pecinta kebijaksanaan dan tidak memiliki minat khusus untuk menyelami kebutuhan rakyat pada tempat dan saat yang tepat.
Selama musim kampanye, angin terisi penuh dengan pidato-pidato dan sebaliknya pidato hanya berisi angin (Anonim). ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H