Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Mewaspadai Ketidakmungkinan Masa Depan dengan Teori Angsa Hitam

17 Juli 2018   11:25 Diperbarui: 25 Agustus 2018   19:59 4432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagai peristiwa langka yang terjadi di dunia dengan ciri berdampak besar, sulit diprediksi dan di luar perkiraan biasa, telah dielaborasi ke dalam suatu teori yang disebut Angsa Hitam (Black Swan Theory).

Sesuatu bisa muncul secara mengejutkan, sangat berpengaruh dan setelah muncul, ia bisa dijelaskan secara peninjauan ke belakang.

Pengemuka Teori Angsa Hitam bernama Nassim Nicholas Taleb, berkebangsaan Lebanon Amerika. Ia adalah seorang pembuat esai, epistemolog, polimatematik dan peneliti yang fokus pada masalah keacakan, peluang, dan ketidakpastian. Semua itu tertuang dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 2007, The Black Swan.

Menurut Taleb dalam bukunya, banyak penemuan ilmiah merupakan fenomena "angsa hitam" - terjadi dengan tidak disengaja dan tidak diramalkan, contohnya adalah kemunculan internet, Perang Dunia I, dan peristiwa 11 September 2001. 

Taleb juga mengkritik metode pada manajemen risiko yang dipakai oleh industri keuangan, dan juga memperingatkan tentang krisis finansial global yang sekarang terjadi.

Black Swan adalah sebuah metafora yang dapat diterangkan dari kajian filsafat ilmu. Karl Raimund Poper menggunakan metafora itu untuk menjelaskan konsepsinya tentang falsifikasi. Di dunia ini, manusia cenderung percaya untuk mengatakan angsa putih adalah kebenaran.

Keguncangan pada kebenaran itu akan terjadi jika ada angsa hitam. Ajaibnya sesungguhnya ada angsa hitam itu di dunia seperti di Australia dan Pulau Tasmania. Penemuan itu bukan saja penting bagi ornitologist. 

Menjadi penting bagi banyak orang untuk mempelajari bukan saja hal yang berulang atau pola umum. Angsa hitam adalah pola ekstrem dari kebenaran umum yang jarang dikaji. Ini ide besar buku ini.

Dalam laman goodreads.com yang me-review buku ini disebutkan, kita cenderung bangga dengan pengetahuan yang begitu banyak kita simpan sebagai naive empiricism. Tebaran "fakta" yang kita kunyah tanpa memperhatikan metarules (aturan yang mengatur aturan lainnya). 

Istilah terakhir ini adalah menelan informasi tanpa memperhatikan ada aturan atau struktur yang membuat informasi itu terseleksi oleh otak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun