Tidak hanya Jokowi tentunya, karena Prabowo sebagai rival utama mendapat perlakuan serupa dari tidak elegan dan dewasanya cara kita berpolitik. Para elit dari kedua kubu pun tampak memancing di air keruh. Hampir tidak ada upaya melakukan peredaman dan memberikan pendidikan politik yang sehat kepada kerumunan netizen masing-masing.
Inilah Indonesia, menegakkan esensi demokrasi di negeri ini sama sulitnya dengan memerah racun kalajengking. Tapi biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk membiayai proses "demokrasi seolah-olah" ini harganya setara dengan bergalon -- galon racun kalajengking. Dalam APBN 2018, pemerintah mengalokasikan dana pertahanan keamanan dan demokrasi senilai Rp220,8 triliun untuk Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. Belum dihitung berapa dana yang dikeluarkan masing-masing kandidat.
Sebagai negeri yang pernah terjajah ribuan tahun oleh sistem feodalis raja-raja dan kolonialisme barat, rakyat akan terus canggung. Ada kalanya mereka menempatkan dirinya sebagai budak politik ketimbang rakyat yang bermartabat, tapi mengaku paling demokratis sepanjang diberi kesempatan berbicara tanpa berpikir. Ada lagi yang seperti rela tidak makan  asal junjungannya tetap terpilih. Ini luar biasa aneh. ***
Muhammad Natsir Tahar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H