Beberapa argumen ateis seperti, jika ada 1000 agama di dunia maka hanya satu agama yang benar sebagai penghuni surga dan 999 agama akan menjadi penghuni neraka. Ketika pertama sekali agama muncul dari entitas terkecil berkisar 10 atau 20 orang, dan pada saat bersamaan kiamat tiba, maka bayangkan miliaran penduduk bumi yang mati serentak, lalu Tuhan hanya mengangkat puluhan orang ke surga dan sisanya dilempar ke neraka. Tanpa terjadi kiamat pun, kematian alami tetap akan terjadi dalam satu fase.Â
Jika diteruskan hingga ribuan tahun ke depan, dapat dihitung sendiri berapa perbandingan jumlah penghuni surga dan neraka. Lalu ketika agama-agama tidak menjangkau bangsa-bangsa primitif di belantara hutan dan benua kutub, maka pastilah mereka diciptakan hanya untuk dipanggang di neraka, demikian sia-sianya. Ateis selalu mempertanyakan keadilan Tuhan untuk mengatakan Tuhan tidak ada. Paradoks, dunia tidak selalu adil, sampai Tuhan mengadilinya di hari pembalasan.
Ateis beragumen, di antara miliaran galaksi berjarak ratusan ribu tahun cahaya, kenapa Tuhan hanya peduli dan memuliakan sekelompok kecil manusia bumi (pemilik agama terbenar), yang super super super kecil dan sedikit dari seluruh jagat raya.
Sains selalu dapat dibuktikan, tapi agama tidak. Sebentar lagi kata ateis, ilmu pengetahuan akan sanggup menghidupkan orang mati dan pelan-pelan mengambil alih pekerjaan Tuhan lainnya. Dan seterus, dan seterusnya. Maka, semakin diteruskan tulisan ini akan semakin "kurang ajar". Yang jelas kita harus memegang kuat-kuat konsep keimanan kita bahwa Tuhan Maha Agung, Maha Besar dan Maha Bijaksana. Tuhan adalah pemilik miliaran galaksi yang senantiasa bertuhan pada-Nya. Maafkan Nose yang tanpa sengaja membuka wacana ini. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H