Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sultan Mahmud Riayat Syah dan Epilog Empat Mahmud

12 November 2017   22:05 Diperbarui: 21 November 2017   10:01 4070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografis: http://kemenpora.go.id

Di bawah daulatnya Belanda mengalami kekalahan telak dengan tenggelamnya kapal Malakas Welfaren yang menewaskan lebih kurang 800 tentara Belanda. Belanda mengundurkan diri dari perairan Riau, selanjutnya Mahmud III bersama Raja Haji merencanakan menyerang pusat VOC di Melaka.

Kisah kepahlawanan Mahmud III tidak hanya peperangan fisik namun juga melalui perang strategi dan jalur diplomasi. Di bawah kendalinya Kerajaan Riau Lingga berada pada puncak peradaban serta mencatat surplus dengan pertumbuhan ekonomi tinggi.

Infografis: http://kemenpora.go.id
Infografis: http://kemenpora.go.id

Terakhir, Mahmud IV (1841 - 1857) kisahnya termaktub demikian purna dalam buku Mahmud Sang Pembangkang karya Budayawan Rida K Liamsi. Mahmud IV berada dalam spektrum sejarah di mana hampir semua peristiwa besar dalam kemaharajaan Melayu telah terjadi dan dia adalah bagian yang menanggung semua konsekuensi logisnya.

Terlalu banyak alasan yang membuatnya menjadi pembangkang yang protagonis. Setelah VOC bangkrut, dan mulai berkuasanya kolonial Belanda Januari 1800, Sultan Melayu semakin terdesak, daulatnya yang menyempit dan terbelah - belah, secara teritorial terbelah oleh Traktat London, dan secara kewenangan harus berbagi dengan Yang Dipertuan Muda Riau, kemudian secara de facto menjadi pegawai Belanda dengan status kerajaan pinjaman atas perjanjian Belanda dengan Raja Jaafar (1818).

Mahmud IV adalah Raja Melayu yang paling Eropa dalam keluasan pikiran dan penampilannya. Ia membangun istana bergaya Victoria di kaki Gunung Sepincan dengan perabotan impor yang berkelas.

Akumulasi pembangkangan Mahmud IV berujung kepada pemakzulannya sebagai Sultan Riau Lingga oleh Belanda. Dia meresponnya dengan ekspresi datar, tapi selepas itu ia menyusun strategi politik untuk merebut tahta dengan memanfaatkan hubungan diplomatiknya serta melancarkan serangan militer dengan mengerahkan para Bajak Laut. Belanda tak pernah sanggup menghentikan agresi mematikan ini kecuali - seperti biasa - menggunakan cara - cara licik.

Dari Epilog Empat Mahmud ini, tiga Mahmud menjadi layak sebagai Pahlawan Nasional dan yang satunya - Mahmud Mangkat di Julang - adalah sebatas noktah hitam zaman feodal yang tak punya tempat untuk diulang. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun