Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Andai Kita Sehebat Samurai

7 November 2017   14:17 Diperbarui: 27 Juli 2019   09:52 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: http://freebuddhism.org

Kala ekspedisi Kapal Hitam Amerika oleh Komodor Matthew Perry pertama kali mendarat di Jepang Juli 1853, negeri matahari terbit ini menganggap ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai magic belaka. Bahkan negeri tertutup ini menyebut orang asing dari Barat sebagai Namban yang berarti Orang Barbar dari Selatan.

Restorasi Meiji (1868) membuat mereka melompat dari tidur panjang berabad - abad, dan dengan sangat lahap menyerap seluruh kemajuan Barat. Revolusi Industri di Eropa dan Amerika menjadi hulu ledak kedahsyatan peradaban negeri Asia Timur yang sempat dicengkeram diktator militer Keshogunan Tokugawa ini.

Jepang adalah negeri yang banyak musibah di mana - mana akibat alamnya tidak ramah. Muka buminya curam dan berbahaya untuk dihuni karena risiko tanah longsor akibat gempa bumi, ditambah kondisi tanah yang lunak dan sering ditimpa hujan lebat. Pemusatan penduduk berada di pesisir namun di situ juga tidak aman karena bahaya tsunami mengintai saban waktu. Gempa bumi dahsyat bukan barang langka bagi negeri yang berada di atas Lingkaran Api Pasifik ini. Konflik politik dan perang saudara menjadi bagian dari masa - masa suram Jepang. Ia kemudian menjadi catatan getir, betapa tidak nyamannya hidup di Jepang semasa itu.

Jepang kemudian dibangkitkan oleh Amerika sehingga menjadi kuat secara militer. Tapi kemudian ia menghabisi Asia secara fasis dan menjadi murid kurang ajar bagi Amerika. Amerika yang membangkitkan, Amerika juga yang melumatkan sehingga Negeri Sakura ini hampir seperti kiamat. Sedikitnya 129.000 mayat tergeletak sepanjang Nagasaki dan Hiroshima oleh kedahsyatan senjata nuklir yang pertama dan satu - satunya di dunia. Pada bulan-bulan seterusnya, banyak yang menyusul tewas karena luka bakar, efek radiasi, dan cedera lain disertai sakit dan kekurangan gizi.

Seolah semuanya sehebat Samurai, bangsa Jepang yang terkenal sangat tangguh dan berdisiplin tinggi itu tak mengenal kata mati. Bahkan ia menjadi lebih kuat seperti sebelumnya, ibarat mutan yang menyerap energi listrik dalam filem - filem fiksi, Jepang menyerap energi nuklir yang ditimpakan kepada Nagasaki dan Hiroshima. Sebelumnya ribuan saintis dan industrialis terbaik mereka dikirim ke Amerika dan Eropa untuk belajar, dan ribuan saintis terbaik dari Amerika dan Eropa didatangkan ke Jepang untuk membangun kapasitas teknologi dan industri di negeri ini.

Dan setelah ditimpa bom atom, Jepang makin bersemangat untuk mengadopsi sistem pendidikan terbaik di dunia. Mereka membuat terobosan dengan mengadopsi sistem manajemen dari orang Amerika yang bahkan tidak dikenal di Amerika sendiri. Sistem itu - seperti ditulis Eko Laksono seorang pemerhati kota - bernama Total Quality Management yang berasal dari ahli statistik bernama Edward Deming. Jepang juga bahkan mengembangkan teknologi transistor dan robotik lebih cepat dari Amerika sendiri. Pada tahun 1980, Sony telah menguasai Amerika, dan perusahaan - perusahan otomotif-nya, Toyota dan Honda nyaris menghancurkan Detroit.

Kunci akselerasi peradaban bukan hanya dari sistem pendidikan, pembangunan sekolah dan perpustakaan, tapi juga oleh pengaruh pemimpinnya yang menginspirasi anak bangsanya untuk menjadi pembelajar dengan impian yang besar untuk kembali bangkit.

Singapura yang sempat berkembang di bawah pendudukan Inggris, di awal kemerdekaannya pada tahun 1965, justru terancam kolaps. Tak seorang pun yakin bahwa Singapura yang sangat kecil dan nyaris tak punya sumber daya alam itu akan bisa survivesebagai sebuah negara. Bahkan mereka tak punya sumber air sama sekali sehingga harus membeli dari Malaysia.

Tidak hanya bertahan, tapi negeri kecil ini membuat lompatan perkasa. Ia seketika menjadi negara termaju, tersukses dan paling makmur di dunia. Negeri ini memang nihil sumber daya alamnya, tapi mampu mengekspor keunggulan strategi manajemen pengelolaan kotanya ke sejumlah negara maju.

Lee Kuan Yew - lepas dari catatan buruk sebagai penyingkir pribumi- adalah ibarat mesin penyintas, di bawah komandonya, Singapura yang loyo kemudian memiliki kekuatan ekonomi pasar yang sangat maju, yang secara historis berputar di sekitar perdagangan entrepot. Bersama Hongkong, Korea Selatan dan Taiwan, Singapura adalah satu dari Empat Macan Asia.

Pemimpin bangsa lainnya seperti Park Chung-hee (Korea Selatan) dan Lula da Silva (Brazil) adalah contoh negarawan yang bisa membingkaskan bangsanya dari titik terpuruk menjadi salah satu bangsa yang ekonominya kuat di dunia. Mereka berasal dari luluh lantak dan sumber daya alam yang tak dapat dibanggakan, berbeda jauh dengan kita bangsa Indonesia. Ketidaknyamanan dan keberantakan itu tidak membuat mereka berhenti tapi tumbuh lebih mewangi. Darinya tercipta simfoni hebat seperti Fur Elise.

Ruangan sepi perabotan dan berantakan dan sebuah piano kecil seukuran anak-anak telah dijadikan oleh Ludwig van Beethoven untuk menulis opera pertama dan satu - satunya, Fidelio,  serta komposisi pendek yang manis berjudul Fur Elise. Dia tahu dia akan tuli dan menderita karena kehilangan satu indera terpenting dalam dunianya. Namun ketulian itu tak menganggu produktifitas kreatif Sang Maestro. Andai kita sehebat Samurai dan setegar Beethoven, kitalah yang mengenggam dunia itu? ~MNT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun