Percakapan soal senjata kemarin ini mengingatkan saya pada tragedi Blood Diamond. Di sini senjata menjadi maha penting, di Benua Hitam Afrika itu, demi mendapatkan senjata mereka menukarkannya dengan keringat para budak. Keringat yang dari tetes - tetesnya tercipta intan berlian. Benar, intan berlian - yang tanpa berkedip - ditukar begitu saja dengan pucukan senjata pembunuh.
Ini tentang kenaifan yang terlalu super untuk dibincangkan. Benua Hitam itu begitu kaya, bukan emas dan perak tapi intan berlian. Dengan kekayaan tak terbendung mereka bahkan sanggup melewati Inggris dan Perancis sekaligus. Tapi siapakah penduduk paling melarat di dunia? Mereka adalah bangsa yang sama.
Tidak cukup dengan meratapi kemiskinan, bangsa Afrika bahkan merintih. Mereka dibantai dan wanitanya diperkosa oleh para milisi bersenjata. Di sini senjata memainkan peran terburuknya. Para kepala suku mereka berebutan senjata untuk membunuh suku yang lain. Isu-isu tribalisme yang dipanaskan oleh kolonial Barat menjadikan antarsuku hitam saling bunuh dan mereka butuh senjata. Afrika benar-benar hitam secara tersurat dan tersirat. Di sini kengerian paling hitam terwujud di dunia nyata.
Rakyat yang lemah dan suku-suku yang kalah diperbudak dengan sistem kerja paksa untuk menambang berlian dari perut Afrika. Kilauan berlian tersebut oleh para diktator lalu dibarter dengan persenjataan militer. Kerja paksa itu demikian kejam, campuran keringat, air mata dan darah yang terpercik dari lecutan. Begitu berlian itu dirasa cukup untuk mendapatkan paket senjata, mereka semua dipecat. Pesangonnya adalah timah panas yang bersarang dari rongga dada mereka, dari senjata yang mereka hasilkan. Tragedi inilah yang disebut dengan The Blood Diamond atau Berlian Berdarah.
Inilah perpaduan sempurna antara orang-orang yang tak sekolah dengan petinggi bermoral rendah. Tidak tahu sampai bila rantai kebodohan akan terputus di benua ini, sebab anak mereka justru dijadikan tameng hidup dan algojo-algojo kecil. Anak-anak tak dibekali buku, tapi disandangkan senjata otomatis untuk menembak musuh-musuh dewasa.
Afrika terus mengalami keganasan sejauh para penguasa dan jenderalnya saling berebut tahta. Cara yang dilakukan sangat kolosal yakni dengan membunuh keluarga, kerabat, para penjaga dan yang sesuku dengan lawannya. Senjata-senjata dipasok dari pertukaran intan berlian dengan Blok Barat atau komunis.
Setelah dunia ingin memastikan tidak ada berlian berdarah yang diimpor dari Afrika, melalui sertifikasi Kimberley Process (KP) yang diluncurkan 2003, kerakusan akan berlian dan senjata dilakukan di pasar gelap. Para diktator dan milisi mengambil jalur ilegal. Permainan para pengusaha hitam memungkinkan berlian-berlian berdarah itu mengalami suatu proses 'pencucian' sehingga akhirnya mampu menembus pasar internasional resmi dan ikut mengantongi sertifikat. Jalur yang dilewati adalah Mali dan Guinea.
Diktator hitam macam Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe sangat murka atas pelarangan berlian. Ia berdalih demi kesejahteraan rakyat meski kuat dugaan berlian-berlian tersebut diproduksi dengan cara berdarah yang justru menewaskan ribuan rakyatnya sendiri. Maka elit-elit penguasa berkoalisi menentang peraturan dalam skema KP dengan mengandalkan kekuatan persenjataan di zona pertambangan.Â
Seperti kutukan di manapun, rakyat yang tak terdidiklah yang menjadi korban dari semua kejahatan ini. Mereka adalah korban permainan berdarah para penguasa, kartel berlian internasional dan tentunya produsen senjata. Segera periksa berlian Anda, pastikan ia bukan Berlian Berdarah.
Senjata akan menjadi karunia Tuhan yang dapat melindungi dan mendamaikan, sepanjang ia tidak jatuh ke tangan orang jahat, haus kekuasaan dan haus daki - daki dunia. Kehadiran senjata adalah karunia Tuhan. Bau busuknya darah yang melekat pada senjata apapun, itu bukan salah senjata. Itu ulah nafsu yang merasuki manusia. (Mamanq Aad - Author). ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H