Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Periksa Berlian Anda, Jangan-jangan itu Berlian Berdarah

22 Oktober 2017   07:47 Diperbarui: 22 Oktober 2017   16:42 5595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blood Diamond: https://www.opednews.com

Percakapan soal senjata kemarin ini mengingatkan saya pada tragedi Blood Diamond. Di sini senjata menjadi maha penting, di Benua Hitam Afrika itu, demi mendapatkan senjata mereka menukarkannya dengan keringat para budak. Keringat yang dari tetes - tetesnya tercipta intan berlian. Benar, intan berlian - yang tanpa berkedip - ditukar begitu saja dengan pucukan senjata pembunuh.

Ini tentang kenaifan yang terlalu super untuk dibincangkan. Benua Hitam itu begitu kaya, bukan emas dan perak tapi intan berlian. Dengan kekayaan tak terbendung mereka bahkan sanggup melewati Inggris dan Perancis sekaligus. Tapi siapakah penduduk paling melarat di dunia? Mereka adalah bangsa yang sama.

Tidak cukup dengan meratapi kemiskinan, bangsa Afrika bahkan merintih. Mereka dibantai dan wanitanya diperkosa oleh para milisi bersenjata. Di sini senjata memainkan peran terburuknya. Para kepala suku mereka berebutan senjata untuk membunuh suku yang lain. Isu-isu tribalisme yang dipanaskan oleh kolonial Barat menjadikan antarsuku hitam saling bunuh dan mereka butuh senjata. Afrika benar-benar hitam secara tersurat dan tersirat. Di sini kengerian paling hitam terwujud di dunia nyata.

Rakyat yang lemah dan suku-suku yang kalah diperbudak dengan sistem kerja paksa untuk menambang berlian dari perut Afrika. Kilauan berlian tersebut oleh para diktator lalu dibarter dengan persenjataan militer. Kerja paksa itu demikian kejam, campuran keringat, air mata dan darah yang terpercik dari lecutan. Begitu berlian itu dirasa cukup untuk mendapatkan paket senjata, mereka semua dipecat. Pesangonnya adalah timah panas yang bersarang dari rongga dada mereka, dari senjata yang mereka hasilkan. Tragedi inilah yang disebut dengan The Blood Diamond atau Berlian Berdarah.

Blood Diamond: https://www.opednews.com
Blood Diamond: https://www.opednews.com
Sierra Leone, Liberia, Guinea, Ghana, Zaire, Rwanda dan Pantai Gading adalah beberapa negara di benua Afrika yang nasibnya terangkum dalam tragedi berdarah, kebodohan dan kemiskinan. Para pemberontak dan diktator menyuburkan pembantaian etnis, demi itu mereka memburu senjata sambil melupakan deposit kekayaan berlian yang mereka punya. Yang mestinya membuat mereka makmur tujuh turunan dalam damai.

Inilah perpaduan sempurna antara orang-orang yang tak sekolah dengan petinggi bermoral rendah. Tidak tahu sampai bila rantai kebodohan akan terputus di benua ini, sebab anak mereka justru dijadikan tameng hidup dan algojo-algojo kecil. Anak-anak tak dibekali buku, tapi disandangkan senjata otomatis untuk menembak musuh-musuh dewasa.

Afrika terus mengalami keganasan sejauh para penguasa dan jenderalnya saling berebut tahta. Cara yang dilakukan sangat kolosal yakni dengan membunuh keluarga, kerabat, para penjaga dan yang sesuku dengan lawannya. Senjata-senjata dipasok dari pertukaran intan berlian dengan Blok Barat atau komunis.

Setelah dunia ingin memastikan tidak ada berlian berdarah yang diimpor dari Afrika, melalui sertifikasi Kimberley Process (KP) yang diluncurkan 2003, kerakusan akan berlian dan senjata dilakukan di pasar gelap. Para diktator dan milisi mengambil jalur ilegal. Permainan para pengusaha hitam memungkinkan berlian-berlian berdarah itu mengalami suatu proses 'pencucian' sehingga akhirnya mampu menembus pasar internasional resmi dan ikut mengantongi sertifikat. Jalur yang dilewati adalah Mali dan Guinea.

Diktator hitam macam Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe sangat murka atas pelarangan berlian. Ia berdalih demi kesejahteraan rakyat meski kuat dugaan berlian-berlian tersebut diproduksi dengan cara berdarah yang justru menewaskan ribuan rakyatnya sendiri. Maka elit-elit penguasa berkoalisi menentang peraturan dalam skema KP dengan mengandalkan kekuatan persenjataan di zona pertambangan. 

Seperti kutukan di manapun, rakyat yang tak terdidiklah yang menjadi korban dari semua kejahatan ini. Mereka adalah korban permainan berdarah para penguasa, kartel berlian internasional dan tentunya produsen senjata. Segera periksa berlian Anda, pastikan ia bukan Berlian Berdarah.

Senjata akan menjadi karunia Tuhan yang dapat melindungi dan mendamaikan, sepanjang ia tidak jatuh ke tangan orang jahat, haus kekuasaan dan haus daki - daki dunia. Kehadiran senjata adalah karunia Tuhan. Bau busuknya darah yang melekat pada senjata apapun, itu bukan salah senjata. Itu ulah nafsu yang merasuki manusia. (Mamanq Aad - Author). ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun