Kebanyakan masalah di dunia ini dapat dikatakan merupakan hasil dari perbedaan interpretasi tentang perdamaian, kasih sayang, dan keadilan. Interpretasi orang lain selalu dianggap salah. Sedangkan doktrin – doktrin kolosal yang diterjemahkan secara sempit telah gagal membuat manusia menjadi beradab.
Alternatif untuk perdamaian adalah terciptanya tatanan global yang memakai nilai universal sebagai pedoman. Tatanan semacam ini akan melahirkan masyarakat kosmopolis yang beradab, rukun, damai dan tentu saja dekat kepada Tuhan sebagai sumber kebaikan. Masyarakat kosmo sangat mengasihani para penghasut primitif yang seluruh sisa hidupnya dihabiskan untuk menggagalkan proses ke arah perdamaian itu. Tak terpisah darinya adalah kalangan yang menjadi budak hasutan dan tentu saja yang masih menyimpan warisan purbawi, homo homini lupus.
Menurut Reza A.A Wattimena, manusia kosmopolis adalah manusia yang melihat dirinya sendiri sebagai warga negara dunia. Ia tidak melekat pada identitas sosial tertentu, melainkan melihat dirinya sebagai salah satu mahluk hidup di alam semesta ini.
Ia hidup dengan nilai-nilai universal yang menghormati tidak hanya manusia lain, tetapi juga semua mahluk hidup. Bisa juga dibilang, bahwa manusia kosmopolis adalah mahluk semesta.
Sejatinya, kita semua adalah mahluk semesta. Sedari lahir, kita tidak melihat diri kita sebagai manusia, melainkan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari alam semesta, dan segala isinya.
Di dalam perjalanan hidup, kesadaran semesta ini lenyap, dan digantikan dengan kesadaran sempit sebagai bagian dari kelompok sosial tertentu. Kesadaran sempit inilah yang nanti bisa berbuah menjadi tindak diskriminatif dan penindasan pada kelompok lain.
Kemarin saya pintar, jadi saya ingin mengubah dunia. Hari ini saya bijaksana, jadi saya mengubah diri saya sendiri. (Jalaluddin Rumi – Mistikus, Penyair Sufi).
Maka damailah di bumi, buatlah malaikat – malaikat itu malu dan menarik kata – kata mereka. Di mana susahnya? ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI