Menggunakan Yuan sebagai acuan baru hanya ibarat keluar dari mulut harimau masuk ke mulut serigala. "Kita tidak steril, karena Yuan juga sedang dihajar habis-habisan swapp currency-nya oleh dollar," tandas Yanuar kepada Kompas. Apalagi, jika keinginan tersebut jadi diterapkan maka kondisi Tiongkok saat ini akan dirasakan juga oleh Indonesia.
Yang mesti dilakukan Indonesia untuk menyelamatkan rupiah adalah dengan memacu ekspor dan meminimkan impor. Selama ini kita sudah sangat terlena dengan begitu besarnya kuota impor bahkan untuk produk – produk pangan yang sejatinya bisa dihasilkan di dalam negeri. Laksana tikus mati di lumbung padi. Selain itu selama Indonesia terpapar terhadap perekonomian global, khususnya AS dan Tiongkok, maka ekonomi domestik akan terus menjadi ringkih.
Dalam situasi seperti ini, reformasi struktural ekonomi dalam negeri dan upaya lepas dari tren global menjadi harus. Untuk menyelamatkan Indonesia dari senjakala globalisasi ekonomi yang buram adalah dengan tidak melakukan globalisasi itu sendiri secara telanjang. Postulat Takis Fotopoulos yang menyebutkan dalam globalisasi negara dan bangsa akan “hilang” telah patah, karena sekarang semakin banyak negara yang meninggalkan globalisasi untuk menyelamatkan diri masing – masing. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H