Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Globalisasi Sedang Sekarat

13 Desember 2016   12:05 Diperbarui: 13 Desember 2016   13:01 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi: atlasobscura.com

Menggunakan Yuan sebagai acuan baru hanya ibarat keluar dari mulut harimau masuk ke mulut serigala. "Kita tidak steril, karena Yuan juga sedang dihajar habis-habisan swapp currency-nya oleh dollar," tandas Yanuar kepada Kompas. Apalagi, jika keinginan tersebut jadi diterapkan maka kondisi Tiongkok saat ini akan dirasakan juga oleh Indonesia.

Yang mesti dilakukan Indonesia untuk menyelamatkan rupiah adalah dengan memacu ekspor dan meminimkan impor. Selama ini kita sudah sangat terlena dengan begitu besarnya kuota impor bahkan untuk produk – produk pangan yang sejatinya bisa dihasilkan di dalam negeri. Laksana tikus mati di lumbung padi. Selain itu selama Indonesia terpapar terhadap perekonomian global, khususnya AS dan Tiongkok, maka ekonomi domestik akan terus menjadi ringkih.

Dalam situasi seperti ini, reformasi struktural ekonomi dalam negeri dan upaya lepas dari tren global menjadi harus. Untuk menyelamatkan Indonesia dari senjakala globalisasi ekonomi yang buram adalah dengan tidak melakukan globalisasi itu sendiri secara telanjang. Postulat Takis Fotopoulos yang menyebutkan dalam globalisasi negara dan bangsa akan “hilang” telah patah, karena sekarang semakin banyak negara yang meninggalkan globalisasi untuk menyelamatkan diri masing – masing. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun