****
Dalam dimensi kekinian, kultus individu dapat ditandai pada gejala ketika seseorang menggunakan media massa, propaganda, atau metode lain untuk menciptakan figur ideal atau pahlawan, seringkali dengan menaikkan frasa-frasa hiperbola. Biasanya mereka adalah tokoh–tokoh yang akan diorbitkan untuk menjadi pemimpin tanpa melewati proses seleksi ilmiah.
Manusia pecundang adalah serombongan orang yang tak punya kemandirian berpikir analitis lalu terhipnotis kepada sesosok figur yang mereka percayai setelah melihat tontonan, bacaan atau bualan. Lalu mereka menumpukan diri sebagai pembela paling depan atas koreksi apapun yang datang dari pihak lawan.Â
Maka, siapa yang menegur, mengkritik atau meluruskan sang kultus akan dianggap sebagai penghujat kebenaran dan, karena itu, harus dilawan. Jika perlu sampai berkalang tanah. Inilah bahaya dari sebuah kultus individu.
Penyakit kultus individu juga muncul karena manusia merebahkan dirinya menjadi penghamba. Yang apabila mereka sudah jatuh hati kepada satu jenis manusia, mati pun olehnya tak mengapa. Sifat rendah diri – inferiority complex, malas berpikir, mudah tercengang–terkagum, tidak bersyukur sudah dijadikan manusia 'juara satu' dan seterusnya adalah hal–hal yang menyuburkan kultus individu. Maka nabi–nabi palsu, sekte–sekte sesat, bedebah pengganda uang, selebriti penjahat kelamin sampai pemimpin horor akan ada saja pemujanya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H