Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Indonesia, Negara ‘Atlantis’ yang Jadi Halaman Belakang Singapura

29 Agustus 2016   08:30 Diperbarui: 29 Agustus 2016   17:02 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu potensi maritim: 40 juta ton lalu lintas kargo per hari serta dilewati 21 juta barrel lalu lintas minyak dari Timur Tengah ke Asia Pasifik. Dari sisi potensi maritim ini saja, Indonesia dan khususnya Kepulauan Riau hanya menjadi penonton belaka ketika Singapura menghabiskan semua potensi itu. 

Kepulauan Riau dengan luas daratan yang hanya 4 persen hampir tidak punya alasan untuk terus menerus mengurus daratan sehingga dengan setia menjadi halaman belakang Singapura.   

Di pemerintahan Jokowi sudah ada angin segar untuk menjadikan Kepri sebagai salah satu poros maritim Indonesia. Kita tunggu saja dengan lapang dada sepanjang bukan menjadi modus untuk membentang karpet merah bagi kepentingan asing.

****

Agar Indonesia tetap dapat dikeroyok ramai – ramai oleh konspirasi global, maka mereka melancarkan serangan melumpuhkan lewat proxy war atawa perang proksi. Ini adalah strategi perang cara pengecut. Mereka menggunakan kekuatan pihak ketiga untuk menghancurkan lawan.

Dalam presentasi Panglima TNI saat mengikuti Sidang ke-13 ACDFIM (Asean Chief of Defence Force Informal Meeting) tahun 2016 di Laos, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menegaskan, perang masa kini adalah perang berlatar belakang energi, pangan dan air. Letaknya di sekitar Equator dan ini akan menjadi tantangan besar karena semuanya akan mencari makan dan energi di negara-negara Asia Tenggara.

Maka bukan kebetulan bila Suriah, Libya, Yaman, Mesir, Irak, Kuwait, Iran, Sudan, Kongo, Nigeria menjadi wilayah konflik yang berdarah–darah karena semuanya adalah negara penghasil minyak. Terakhir adalah Ukraina, negara penghasil minyak cukup signifikan perharinya.

Perang proksi adalah strategi perang modern yang diduga sudah berlangsung lama di Indonesia. Cara yang dilakukan adalah infiltrasi melalui bidang - bidang intelijen, pendidikan, ekonomi, ideologi, politik, sosial, kultur dan agama, bantuan-bantuan, kerjasama di semua bidang serta media massa dan teknologi informasi. Tahapan berikutnya adalah melancarkan praktik adu domba dengan operasi senyap hingga sampai pada tahap cuci otak.

Yang sudah tercuci otaknya akan menjadi generasi yang memiliki paradigma berpikir kontraproduktif sebagaimana tertulis pada paragraf pembuka tulisan ini. Fenomena ini terpampang di mata kita saban hari di laman sosial media dan layar kaca. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun