Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gimmick Palu Arit dan Gigantis Kapitalisme

16 Mei 2016   17:09 Diperbarui: 19 Mei 2016   13:30 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demikian pula Muhammad Hatta, konsep ekonomi kerakyatannya disindir Sukarno dengan persepsi macam – macam. Meski Wakil Presiden bahkan ia tak pernah kesampaian hanya untuk membeli sepatu Bally. Saking jujurnya, saking merakyatnya. Tapi ia tersingkir.

Di akhir – akhir masa jabatannya, oleh Blok Barat, Sukarno tercium telah berat ke kiri (Sosialisme Marhain bukan Komunisme). Misteri penyingkiran Sukarno dari istana kerap dihubungkan dengan G30S PKI. Spekulasi dari analisis para ahli sejarah tidak secara validmembongkar misteri tersebut, apakah karena isu Dewan Jenderal sehingga terjadi konflik internal di tubuh militer, permainan asing lewat operasi intelijen CIA atau kudeta PKI  lewat uluran tangan Republik Rakyat China (RRC).

Lewat Supersemar yang juga misterius Soeharto membersihkan PKI dan membangun rezimnya sendiri. Apakah kemudian hanya secara kebetulan lewat Soeharto kapitalisme mendapat tempat istimewa di dalam istana?

Tidak menunggu lama, begitu Soeharto jadi presiden, kuku – kuku neoliberalisme – kapitalisme menancap lebih dalam pada sumur – sumur minyak, emas, intan berlian, segala jenis logam, laut, tanah dan hutan. PKI yang telah lumpuh dan rata dengan tanah tanpa pembuktian valid dan keilmuan sejarah, mendapat stigma negatif sebagai organisasi paling terlarang di Indonesia. Bahkan propaganda kebangkitan komunisme terus dipertahankan untuk mengunci kebebasan sipil yang mengkritik kebijakannya.

Tulisan ini bukan hendak membela tandan – tandan pisang yang rusak, tapi mengajak kita bersama untuk melihat seluruh percik – percik persoalan bangsa secara multi dimensional. Lebih berbahaya mana sekarang, reinkarnasi PKI yang loyo atau gigantis kapitalisme asing yang telah menghisap dan membuat kita berhutang?

Tulisan ini juga tidak memiliki kewenangan intelektual untuk menjelaskan korelasi antara kemunculan atribut – atribut PKI dengan hubungan mesra yang dibina Indonesia dengan Tiongkok belakangan ini. Sedangkan Tiongkok sudah banyak melenceng dari ajaran dasar komunisme. Tidak terhitung banyaknya sektor ekonomi privat yang menggurita di negara ini.

Tapi sebagai anak bangsa kita tentunya sepakat memberangus ajaran komunisme yang gagasan dasarnya adalah anti Tuhan (Antiregioznik). Inilah paham yang diusung para biang komunisme antara lain: Ludwig Feuerbach, Hegel, Karl Mark, Lenin, Bukharin, Mao, Stalin, Muso dan Aidit.

Mereka mengatakan bahwa agama adalah candu bagi rakyat yang melenakan dan membuai. Agama adalah kreasi manusia kasta terbawah yang miskin, tertindas dan diperlakukan tidak adil serta putus asa. Karena dasar perjuangan komunisme adalah dialektika materialis, pertentangan kelas dan keutamaan ilmu pengetahuan, maka sebagian tokoh komunis yang membenci agama, membentuk semacam biro atau pasukan khusus untuk membasmi agama dan agamawan.

****

Berpikir secara adil itu memang berat. Apalagi kebenaran hanya mutlak milik Tuhan. Satu dimensi kebenaran yang kita pegang erat hingga ke anak cucu, belum tentu benar menurut dimensi kebenaran lainnya. Jalan satu – satunya adalah kembali kepada dogma dan nilai – nilai universal.

Dalam CAPITA SELECTAMohammad Natsir disebutkan bahwaIslam melarang umatnya bertaklid buta, menerima sesuatu sebelum diperiksa, walaupun datangnya dari kalangan sebangsa dan seagama atau dari ibu bapa dan nenek moyang sekalipun. “Dan djanganlah engkau turut apa jang engkau tidak mempunjai pengetahuan atasnja, karena sesungguhnja pendengaran, penglihatan dan hati itu, semuanja akan ditanja tentang itu”. (QS: Bani Israil : 36.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun