Demikian pula Muhammad Hatta, konsep ekonomi kerakyatannya disindir Sukarno dengan persepsi macam – macam. Meski Wakil Presiden bahkan ia tak pernah kesampaian hanya untuk membeli sepatu Bally. Saking jujurnya, saking merakyatnya. Tapi ia tersingkir.
Di akhir – akhir masa jabatannya, oleh Blok Barat, Sukarno tercium telah berat ke kiri (Sosialisme Marhain bukan Komunisme). Misteri penyingkiran Sukarno dari istana kerap dihubungkan dengan G30S PKI. Spekulasi dari analisis para ahli sejarah tidak secara validmembongkar misteri tersebut, apakah karena isu Dewan Jenderal sehingga terjadi konflik internal di tubuh militer, permainan asing lewat operasi intelijen CIA atau kudeta PKI lewat uluran tangan Republik Rakyat China (RRC).
Lewat Supersemar yang juga misterius Soeharto membersihkan PKI dan membangun rezimnya sendiri. Apakah kemudian hanya secara kebetulan lewat Soeharto kapitalisme mendapat tempat istimewa di dalam istana?
Tidak menunggu lama, begitu Soeharto jadi presiden, kuku – kuku neoliberalisme – kapitalisme menancap lebih dalam pada sumur – sumur minyak, emas, intan berlian, segala jenis logam, laut, tanah dan hutan. PKI yang telah lumpuh dan rata dengan tanah tanpa pembuktian valid dan keilmuan sejarah, mendapat stigma negatif sebagai organisasi paling terlarang di Indonesia. Bahkan propaganda kebangkitan komunisme terus dipertahankan untuk mengunci kebebasan sipil yang mengkritik kebijakannya.
Tulisan ini bukan hendak membela tandan – tandan pisang yang rusak, tapi mengajak kita bersama untuk melihat seluruh percik – percik persoalan bangsa secara multi dimensional. Lebih berbahaya mana sekarang, reinkarnasi PKI yang loyo atau gigantis kapitalisme asing yang telah menghisap dan membuat kita berhutang?
Tulisan ini juga tidak memiliki kewenangan intelektual untuk menjelaskan korelasi antara kemunculan atribut – atribut PKI dengan hubungan mesra yang dibina Indonesia dengan Tiongkok belakangan ini. Sedangkan Tiongkok sudah banyak melenceng dari ajaran dasar komunisme. Tidak terhitung banyaknya sektor ekonomi privat yang menggurita di negara ini.
Tapi sebagai anak bangsa kita tentunya sepakat memberangus ajaran komunisme yang gagasan dasarnya adalah anti Tuhan (Antiregioznik). Inilah paham yang diusung para biang komunisme antara lain: Ludwig Feuerbach, Hegel, Karl Mark, Lenin, Bukharin, Mao, Stalin, Muso dan Aidit.
Mereka mengatakan bahwa agama adalah candu bagi rakyat yang melenakan dan membuai. Agama adalah kreasi manusia kasta terbawah yang miskin, tertindas dan diperlakukan tidak adil serta putus asa. Karena dasar perjuangan komunisme adalah dialektika materialis, pertentangan kelas dan keutamaan ilmu pengetahuan, maka sebagian tokoh komunis yang membenci agama, membentuk semacam biro atau pasukan khusus untuk membasmi agama dan agamawan.
****
Berpikir secara adil itu memang berat. Apalagi kebenaran hanya mutlak milik Tuhan. Satu dimensi kebenaran yang kita pegang erat hingga ke anak cucu, belum tentu benar menurut dimensi kebenaran lainnya. Jalan satu – satunya adalah kembali kepada dogma dan nilai – nilai universal.
Dalam CAPITA SELECTAMohammad Natsir disebutkan bahwaIslam melarang umatnya bertaklid buta, menerima sesuatu sebelum diperiksa, walaupun datangnya dari kalangan sebangsa dan seagama atau dari ibu bapa dan nenek moyang sekalipun. “Dan djanganlah engkau turut apa jang engkau tidak mempunjai pengetahuan atasnja, karena sesungguhnja pendengaran, penglihatan dan hati itu, semuanja akan ditanja tentang itu”. (QS: Bani Israil : 36.)