Kekurusan mendominasi pikiranku tentang bangsa lemah, yang tertindas, yang kalah dan yang mati konyol. Kita harus kuat, kita harus bangkit, kita harus melawan segala bentuk penjajahan.Â
Tidak perlu kurus, tidak perlu menghiba, tidak perlu membungkuk. Tidak perlu terkagum – kagum pada trend dunia mode yang menjajah, tidak perlu antre berbaris – baris untuk sekadar berebut gadget atau film box office terbaru.Â
Hai para hedonis, untuk apa kalian membelanjakan sedemikian banyak uang demi sebuah gaya hidup? Untuk apa berjingkrak - jingkrak hingga terinjak - injak dalam rangka mengerumuni sebuah panggung pertunjukan? Pelan - pelan saja, hidup tidak semonyet itu.Â
Selanjutnya giliran orang gemuk. Untukmu kaum obesitas, percuma saja kalian menutupi gelambir itu dengan pakaian serba hitam. Menurutku tidak berpengaruh apa – apa. Karena logiku selalu mendahului visualisasi kamuflase yang kalian ciptakan. Baju hitam, ya gemuk, titik. Alasanku membenci orang – orang berlemak karena otak mereka selalu menempel pada makanan. Kulkas mereka selalu penuh.
Mereka kadang – kadang berbicara, namun yang terhambur dari moncong mereka tidak hanya udara, tapi juga serpihan makanan. Di bis kota yang padat atau di dalam lift, orang – orang gemuk selalu dibenci.Â
Boleh bertaruh, tukang becak mana yang suka mengangkut orang gemuk. Orang gemuk juga adalah maskot lucu – lucuan untuk film – film komedi. Ingat, ini semata pendapat pribadiku, seorang pria pemilik gelar PhD, singkatan dari Person head Damage (terjemahan Tarzan-nya: manusia berkepala rusak).
Ini poinnya. Orang gemuk menurutku adalah menhir kerakusan. Koruptor kerap divisualisasikan sebagai pria tambun dengan perut buncit dan kepala botak. Tanpa disadari kita semua adalah para pembayar pajak lalu anak cucu kita adalah pewaris hutang ribuan triliun sambil kekayaan negerinya terus dihisap hingga kerontang. Dan uang itu sebagian telah membuat badan para koruptor semakin gemuk.Â
Begitu jahatnya tindakan korupsi, mereka melakukan ekstra ordinary crime yang lebih kejam dari pembunuhan. Karena mereka tidak hanya membunuh satu dua orang, tapi mampu membunuh masa depan ratusan juta anak bangsa ini.
Orang – orang gemuk di gelanggang birokrasi bermufakat jahat dengan orang – orang gemuk di lembaga legislatif untuk menggemukkan anggaran belanja rutin, agar mereka semakin tambun. Orang – orang gemuk di sektor korporasi menyogok aparat dan penentu kebijakan hingga rekening mereka gemuk – gemuk.Â
Mereka juga menciptakan trendsetter dan mendiktekan segala jenis kebutuhan spesies bernama manusia bahkan hewan dan tumbuhan. Mereka, para neo imperialis itu tidak akan pernah berhenti menjajah dengan cara paling halus yang mereka bisa.Â
Agen – agen neolib menggemukkan tubuh – tubuh pecundang pemilik kuasa terlebih dahulu, sebelum mereka menguras habis deposit yang terkandung di perut bumi pertiwi. Lalu orang – orang gemuk pengendali negeri ini atau yang berwajah politisi, dengan mulut berbusa yang penuh dengan sisa makanan saban waktu berkhotbah kepada orang – orang kurus tentang pentingnya kerja keras.