Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksplorasi Jejak Manusia Perahu di Pulau Galang

1 September 2014   21:39 Diperbarui: 6 Februari 2016   15:59 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah Pilu Manusia Perahu (Berlayar Berbulan-bulan Hingga Mati)

Pasca terjadinya konflik internal antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan sekitar tahun 1979, ratusan ribu penduduk Vietnam Selatan eksodus dari negaranya demi alasan kemanan. Mereka berlayar dengan perahu-perahu kayu sederhana yang kondisinya mengancam nyawa karena dalam satu perahu bisa ditempati 40 sampai 100 pengungsi. Berbulan-bulan para Manusia Perahu ini terombang-ambing mengarungi perairan Laut Cina Selatan sejauh ribuan mil tanpa tujuan yang jelas dengan harapan mendapat perlindungan dari negara lain. Sebagian dari mereka ada yang meninggal di tengah lautan dan sebagian lagi berhasil mencapai daratan, termasuk wilayah Indonesia.

Tak terbayangkan bagaimana para Manusia Perahu ini bisa bertahan untuk hidup. Perahu-perahu ini pernah dengan sengaja ditenggelamkan, bahkan sebagian perahu dibakar oleh para pengungsi sebagai bentuk protes atas kebijakan UNHCR dan Pemerintah Indonesia yang ingin memulangkan sekitar lima ribu pengungsi. Lima ribu pengungsi ini dipulangkan karena mereka tidak lolos tes untuk mendapatkan kewarganegaraan baru. Sepeninggal para pengungsi ini tahun 1995, Pemerintah Otorita Batam (sekarang BP Batam) mengangkat perahu-perahu yang ditenggelamkan ke daratan, diperbaiki, dan  dipamerkan ke publik sebagai benda bernilai sejarah.

Menurut literatur sejarah, pengungsi pertama yang yang mendarat di Indonesia adalah di Kepulauan Natuna bagian utara pada tanggal 22 Mei 1975, sebanyak 75 orang. Pengungsi yang jumlahnya masih sedikit ini awalnya ditampung oleh masyarakat setempat, hingga akhirnya perahu-perahu pengungsi lain juga berdatangan, termasuk di Kepulauan Anambas dan Pulau Bintan. Gelombang pengungsi ini menarik perhatian Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia. Setelah mengevaluasi beberapa pulau di sekitar Pulau Bintan, berdasarkan alasan kemudahan menyalurkan pengungsi ke negara ketiga, area yang cukup luas untuk menampung 10.000 pengungsi, kemudahan isoler, serta kemudahan akses, akhirnya diputuskanlah Pulau Galang, tepatnya di Desa Sijantung, Kepulauan Riau sebagai tempat penampungan sementara bagi para pengungsi.

Di Pulau Galang para pengungsi Vietnam meneruskan hidupnya hingga tahun 1995, sampai akhirnya mereka mendapat suaka di negara-negara maju yang mau menerima mereka ataupun dipulangkan ke Vietnam. Para pengungsi tersebut hidup terisolasi di dalam area yang tertutup interaksinya dengan penduduk setempat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengawasan, pengaturan, penjagaan keamanan, sekaligus untuk menghindari penyebaran penyakit kelamin Vietnam Rose yang dibawa para pengungsi.  (dari berbagai sumber) ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun