Sebagai kaum Muslimin, penyucian jiwa adalah masalah yang sangat penting dalam Islam, bahkan merupakan salah satu tujuan utama diutusnya Nabi Muhammmad saw.
Taskiyatun Nafs (Penyucian Jiwa) adalah sebuah proses seorang hamba untuk membersihkan pikiran dari nafsu dan syahwat.
Ibarat jiwa adalah sebuah kaca yang bersih, perlakuan dosa dan perbuatan maksiat yang kita lakukan selama ini adalah noda-noda yang menutupinya. Hidup di jalan Taskiyatun Nafs adalah proses penyucian kotoran batin seseorang atau menghilangkan sifat-sifat jelek yang merintangi jiwa dalam berhubungan kepada Nya. Kemudian mengisi dengan sifat terpuji, serta mengobati jiwa, agar hidup menjadi bermakna, baik dalam hubungan dengan Allah swt., dengan diri sendiri, maupun dengan sesama manusia.
Seorang hamba yang menempuh jalan Taskiyatun Nafs akan mendapatkan tujuan yang akan diraih. Pertama, membentuk hamba yang suci jiwanya, bersih akidahnya dan luas ilmunya. Kedua, membentuk hamba yang berakhlak mulia. Ketiga, membentuk hamba yang terbebas dari perilaku tercela dan dipenuhi akhlak mulia.Â
Menurut al-Sarrâj (w. 988 M/378 H) ada empatÂ
langkah yang harus dilakukan seorang Muslim untuk menempuh jalan Taskiyatun Nafs yang suci, yakni :Â
(a) al-’Ibâdâh, yaitu melakukan berbagai ibadah secara istiqâmah-mudawwamah, konsisten dan berkesinambungan, baik ibadah yang wajib maupun ibadah yang sunnah, yang bersifat ‘ibâdah mahdhah maupun ‘ibâdah mu‘âmalah yang berdimensi sosial.
(b) al-Mujâhadah, yaitu perjuangan atau jihad melawan dorongan hawa nafsu. Motivasi, idea, atau dorongan untuk berbuat dosa sekecil apa pun harus dilawan dan dikendalikan agar tidak menjadi virus yang mematikan.
(c) al-riyâdhuh al-rûhâniyyah, pelatihan ruhani atau altarbiyyah al-rûhâniyyah, pendidikan spiritual.
(d) al-inqith` ila Allâh, mengorientasikan diri dengan satu prinsip bahwa hidup ini semata-mata untuk Allah. Kesucian jiwa menjadi perhatian utama Alquran, bahkan salah satu tugas pokok seorang utusan Allah adalah menyucikan jiwa manusia dari kekufuran, kemusyrikan, dan kemunafikan, penyakit hati, dan sifat-sifat tercela.
Seorang hamba yang akan menjalani hidup di jalan Taskiyatun Nafs akan memiliki sebuah proses dalam pengerjaannya. Tujuannya hanya satu, yaitu upaya mendekatkan diri kepada Allah serta meningkatkan iman dan taqwa sebaik mungkin. Ada beberapa tahap yang bisa dilakukan Muslim,Â
Tahap pertama berarti memfokuskan hati dan pikiran hanya kepada Allah SWT. Kuncinya adalah dzikir, baik secara lisan, batin, maupun perbuatan. Allah menyinggung orang-orang yang mengingat Nya baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring. Mereka itu menyadari tanda-tanda kekuasaan Allah di langit dan bumi.Â
Tahap kedua dapat diartikan sebagai perwujudan sifat-sifat Allah yang mulia dalam aktivitas seorang Muslim. Semboyannya adalah berakhlak sebagaimana akhlak Tuhan. Misalnya, salah satu sifat Allah adalah ar-Rahmaan dan ar-Rahiim. Maka dari itu, seseorang hendaknya cenderung bersifat pengasih dan penyayang terhadap sesama.Â
Tahap ketiga adalah membiasakan akhlak-akhlak baik ke dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah puncak perwujudan disiplin diri, sehingga jiwa cenderung pada kondisi ideal, an-nafs al-muthma'innah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H