Mohon tunggu...
Mimah Nur Baiti
Mimah Nur Baiti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mimah Nur Baiti dengan nama pena mneequeen akrab dipanggil Ima di kampus adalah anak bungsu yang keras kepala, suka melamun, sering cemberut dan hobi ngomong sendiri. Ima senang membaca dan menulis cerpen sejak umur 12 tahun. Salah satu karyanya terpilih untuk diterbitkan di dalam buku antologi cerpen Seribu kisah; Sebuah kasih; Palung; Pulang (2022).

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemilau Sayap Bercahaya: Joko Swiwi Sebagai Cermin Kompleksitas Manusia

16 Desember 2023   21:54 Diperbarui: 22 Desember 2023   08:22 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal menarik yang ingin disampaikan oleh SGA adalah bagaimanapun bentuk wujudnya, Joko Swiwi tetaplah seorang manusia yang takut jika ditembak peluru, yang memiliki pikiran egois untuk menyelamatkan diri sendiri, yang merasa bersalah ketika harus melihat orang-orang perang karena kehadiran dirinya, dan kemampuan menyalahkan diri karena lahir berbeda daripada yang lain, sehingga muncul pada otaknya sebuah pertanyaan, “Mengapa perbedaan harus dipaksakan, jika persamaan masih dimungkinkan.” SGA berhasil menyampaikan keresahan dan kesedihan Joko Swiwi dalam bentuk narasi yang tak terduga dan mendalam sekaligus menggunakan cerita ini sebagai sarana untuk merenungkan kondisi sosial yang membuat cerpen ini menjadi bukan sekadar hiburan, tetapi juga mengajak pembaca merenung tentang nilai-nilai kehidupan. 

Gaya penceritaan SGA dalam cerpen ini menjadi salah satu daya tarik utama. Bahasa yang kaya oleh majas dan cenderung mengandung unsur satir memberikan kehidupan pada setiap adegan, menciptakan suasana yang mendalam, mengundang pembaca untuk menyimak sampai akhir dan ikut tenggelam dalam alur cerita. Seperti yang tergambar pada salah satu kutipan, “Bagaimana mungkin ia bisa menerima desanya akan menjadi bara merah yang menyala-nyala?” terdapat majas personifikasi pada bagian “bara merah yang menyala-nyala.” Adapun gaya bahasa yang mengandung unsur satir bisa dilihat pada kutipan, “Pak Lurah memandang Pak Camat yang ternyata cuma bisa mengangkat bahu. Pak Lurah tahu, urusan Pak Camat hanyalah supaya ia bisa terpilih lagi pada musim pemilihan mendatang dan kedudukannya sangatlah ditentukan oleh para lurah desa di dalam kecamatannya.” Pada kutipan ini, SGA menyampaikan kritiknya secara sarkas terkait sifat-sifat pemimpin yang kebanyakan lebih mementingkan apa yang bermanfaat bagi dirinya sendiri.

SGA dengan kekhasannya dalam menulis cerpen menyajikan plot yang apik sebagai penutup, menjadikan cerpen ini tak terduga dan tidak mudah ditebak akhirnya. Disampaikan oleh SGA bahwa meskipun tokoh yang dominan diceritakan adalah Joko Swiwi, tetapi pada akhir cerpen disorot bagaimana keputusan akhir yang dipilih Joko Swiwi secara luar biasa mampu membuat kesedihan Poniyem menjadikannya patung menangis yang dari kedua bola matanya terus-menerus mengeluarkan air mata duka, membentuk sungai air mata yang kini letaknya di atas bukit kapur tandus di mana dulu Joko Swiwi pernah hidup, sebelum kemilau sayap bercahayanya redup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun